Apa Itu Long Covid? Dokter: Kondisi Ini Bikin Orang Frustrasi!

14 Juli 2021 07:30 WIB
Ilustrasi etika batuk
Ilustrasi etika batuk ( Freepik)

Sonora.ID - Virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 menjadi salah satu sumber kekhawatiran dan ketakutan masyarakat Indonesia, bahkan dunia.

Tak hanya takut terpapar virus tersebut, tetapi masyarakat Indonesia juga takut dengan dampak panjang setelah dinyatakan negatif Covid-19.

Pasalnya, ada satu istilah baru yang dikenal dengan sebutan Long Covid, dan dalam program Health Corner di Radio Sonora FM, dr. Santi dari Medical Centre Kompas Gramedia memaparkan definisi dari kondisi tersebut.

Baca Juga: Mengenal Long Covid dan Faktor Penyebabnya, Begini Penjelasan Dokter Spesialis Paru

Menurut keterangannya, gejala-gejala seperti linu atau napas lebih pendek, masih bisa dirasakan meski sudah dinyatakan negatif Covid-19, dan hal inilah yang biasanya disebut sebagai Long Covid.

“Inilah yang belum banyak dikenal oleh kaum awam, dan ini dikenal sebagai Long Covid atau kita juga bisa menyebutkan ini sindroma pasca infeksi Covid. Nah, ini membuat banyak orang frustrasi gitu, karena biasanya lama dan cycle-nya seperti PHP,” jelas dr. Santi memaparkan.

Pasalnya, ketika penyintas Covid-19 merasakan Long Covid, dirinya akan merasa hari ini membaik, tetapi bisa juga keesokan harinya ia kembali merasakan gejala-gejala yang muncul pada saat terpapar virus.

Bahkan, dr. Santi menegaskan bahwa Long Covid ini bisa terjadi dalam hitungan minggu hingga hitungan bulan.

“Walaupun hasil tes PCRnya negatif, masih ada gejala-gejala yang dirasakan mengganggu sampai hitungan bulan. Nah, biasanya para dokter sampai saat ini memberikan obat-obatan itu hanya simptomatis saja,” sambungnya.

Artinya, ketika penderita Covid sudah dinyatakan negatif tetapi merasakan Long Covid, maka dirinya masih memerlukan obat ketika gejalanya muncul.

Baca Juga: Punya Gangguan Imunitas dan Hendak Vaksin? Dokter: Boleh, Asal…

Misalnya, masih terasa sesak dan batuk, maka dokter akan memberikan obat sesuai dengan gejala atau tanda yang ditunjukkan oleh sang pasien.

“Setelah dilakukan pemeriksaan lab dan telah dipastikan bahwa keluhan-keluhan tersebut tidak dikaitkan dengan penyakit yang lain, maka pengobatan yang bisa dilakukan secara kimia hanya membutuhkan obat yang sesuai dengan gejalanya,” jelas dr. Santi.

Namun, hal ini harus dipastikan tidak ada kondisi penyakit lainnya yang menjadi pemicu munculnya gejala-gejala tersebut, misalnya TBC, Gerd, atau penyakit lainnya.

Baca Juga: Kenali 2 Jenis Efek Setelah Vaksinasi, Dokter: Cenderung Ringan

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm