Sonora.ID - Long Covid adalah kondisi ketika penyintas Covid-19 sudah dinyatakan negatif dalam tes PCR tetapi masih merasakan beberapa gejala Covid-19 selama beberapa minggu bahkan hingga beberapa bulan setelahnya.
Pada kondisi ini, pasien harus memeriksakan diri untuk memastikan tidak ada penyakit lain yang bisa memicu munculnya gejala-gejala tersebut.
Dalam program Health Corner di Radio Sonora FM, dr. Santi dari Medical Centre Kompas Gramedia memaparkan bahwa Long Covid disebabkan oleh setidaknya 7 faktor, salah satunya adalah jenis kelamin.
Baca Juga: Mengenal Long Covid dan Faktor Penyebabnya, Begini Penjelasan Dokter Spesialis Paru
Keparahan pada saat terpapar
“Untuk di Indonesia, semakin berat penyakitnya, dalam arti sampai membutuhkan bantuan oksigen dan dirawat di rumah sakit, kemungkinan untuk penderita Long Covid menjadi meningkat,” ungkap dr. Santi memaparkan.
Jadi, persentase orang yang terpapar tetapi cenderung bergejala ringan bahkan tidak bergejala pun lebih rendah untuk mengalami Long Covid.
Walau demikian, masih ada beberapa faktor lainnya yang harus diperhitungkan.
Baca Juga: Kenali Dampak Long Covid, Dokter: Bisa Mengganggu Kualitas Hidup!
Usia
“Pada umumnya, berdasarkan data dari negara-negara lain, semakin bertambah umurnya, maka kemungkinan untuk terkena Long Covid semakin meningkat,” sambungnya.
Bahkan, dr. Santi menegaskan bahwa peningkatan kemungkinannya hingga 3,5 persen setiap jarak 1 dekade (10 tahun) usia.
Jadi, dari data tersebut diketahui bahwa anak-anak pun memiliki kemungkinan untuk terkena Long Covid tetapi dengan persentase yang lebih rendah.
Baca Juga: Apa Itu Long Covid? Dokter: Kondisi Ini Bikin Orang Frustrasi!
Perempuan
“Faktor lainya adalah wanita. Wanita lebih sering menderita Long Covid daripada pria,” tegas dr. Santi.
Dengan demikian, memang perempuan memerlukan treatment atau perhatian yang lebih pada saat dirinya terpapar virus corona, sehingga tidak menyebabkan Long Covid setelah dinyatakan sembuh.
Perokok
“Kemudian, perokok lebih sering menderita Long Covid daripada non perokok,” tambahnya.
Baca Juga: 5 Makanan dan Minuman Ini Bisa Membantu Merangsang Indera Penciuman
Berat badan
“Orang yang overweight dan obesitas, lebih sering terkena Long Covid, daripada orang yang berat badannya normal atau di bawah normal,” ungkap dr. Santi memaparkan.
Sebelumnya dalam kesemptan yang berbeda, dr. Santi pernah memaparkan bahwa memang kelebihan berat badan menjadi gerbang pertama berbagai penyakit.
Sehingga, menjaga tubuh untuk tetap sehat, bugar, dan menjaga agar tidak kelebihan berat badan menjadi hal yang penting dilakukan.
Asma
“Kalau untuk penyakit komorbid, pada umumnya yang paling menunjukkan kaitan yang signifikan dengan Long Covid adalah menyakit asma,” sambungnya.
Meski demikian, dr. Santi juga menyebutkan ada beberapa teori yang memaparkan adanya penyakit komorbid dan gangguan imun, itu meningkatkan kemungkinan terjadinya Long Covid.
Area tempat tinggal
“Kalau orang itu tinggal di area merah, di mana angka kejadian Covidnya tinggi dan penderita merasakan Covid yang parah yang sampai perawatan di rumah sakit tinggi. Dengan sendirinya, kemungkinan menderita Long Covid akan meningkat juga,” tegas dr. Santi.
Baca Juga: Punya Gangguan Imunitas dan Hendak Vaksin? Dokter: Boleh, Asal…