Impor Bisa Berkurang 40 Persen Kalau Indonesia Punya Industri Soda Abu (
)
Bandung, Sonora.ID - Soda Ash, atau umumnya dikenal sebagai soda abu, merupakan salah satu komponen dasar kimia yang sangat dibutuhkan dalam beberapa industri, mulai dari digunakannya sebagai bahan deterjen dan turunannya, hingga lembar kaca dan juga turunannya.
Namun menurut Presiden Direktur PT Kaltim Parna Industri, Hari Supriyadi, hingga kini Indonesia belum memiliki industri (manufacturing plant) soda ash sendiri, dan harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Padahal bahan baku cukup melimpah di tanah air. Kebutuhan akan soda ash ini pun cukup besar, hingga 1,2 juta ton pertahun, dan akan terus meningkat,” ujar Hari Supriyadi dalam siaran persnya kepada Sonora Bandung, Selasa (13/7/2021).
Hari mengatakan, Kebutuhan soda api ini akan meningkat lagi bila ditambah karena diperlukan juga untuk baterai mobil listrik sebagai bahan bakunya.
"Potensi bahan baku di Indonesia ada. Rencananya, akan dibangun dengan kapasitas 300 ribu. Ini, bisa mengurangi impor soda api antara 30 hingga 40 persen. Kami ingin wake up call dan menyadarkan kalau Indonesia mampu swasambada soda abu," paparnya.
Menurut Hari, untuk membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat akan perlunya pembangunan industri soda ash di dalam negeri.
Terkait ini, pihaknya bekerja sama dengan Panitia 80 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik Kimia di Indonesia dan menggelar Kompetisi Esai Nasional bertajuk Industri Soda Ash di Indonesia
“Selain sebagai wadah sosialisasi akan industri soda ash dan manfaatnya, event ini diharapkan dapat menjadi pendorong pembangunan industri di dalam negeri, yang akhirnya membantu meningkatkan ketahanan industri kimia nasional,” kata Hari.
Hari menambahkan, pihaknya sangat perlu masukan dari akademisi dan praktisi industri di Indonesia ini untuk bagaimana dapat memiliki industri yang sementara ini belum ada di Indonesia.
Karena, mungkin ada sisi atau ruang yang tidak dapat dilihat dari studi dan kajian yang sudah dilakukan.
"Maka kami sangat menghargai dukungan ITB, Kementerian Perindustrian, Persatuan Insinyur Indonesia dan para peserta lomba Esai yang kebanyakan dari kalangan milenial," tambahnya.
Sementara itu, menurut Ketua Umum Panitia 80 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik Kimia di Indonesia, Tirto Prakoso Brodjonegoro, event yang sudah digelar sejak 8 Mei 2021 lalu berhasil menarik 217 peserta, baik individu atau pun kelompok, yang berasal dari berbagai kalangan, yaitu pelaku industri, masyarakat umum dan pelajar.
“Peserta yang ikut, memang cukup antusias. Dari hasil seleksi terhadap 82 esai yang masuk, terpilih 5 finalis yang pada babak final ini akan memperebutkan total hadiah 100 juta rupiah,” kata Tirto.
Sedangkan menurut Panitia Pelaksana, Ricky Wargakusumah, dengan kompetisi ini, diharapkan bisa menyampaikan kebangkitan industri kimia di Indonesia. Karena, saat ini walaupun pabrik pupuk ada tapi masih bergantung impor.
"Masih banyak PR nya, bagaimana kalau kita tidak bisa impor soda ash, akan makin terasa ke hilir dalam kondisi darurat," katanya.
Oleh karena itu, kata Ricky, Indonesia perlu pemandangan baru bagaimana meningkatkan ketahanan industri kimia.
"Genearasi muda punya bekal. Ini jadi harapan kami dengan menggelar pertandingan essai yang dilihat gagasan dan penyampaian karena perlu ada gagasan baru," kata Ricky seraya mengatakan para insinyur dikenal tak terbiasa menulis dengan kompetisi ini ia harap jadi terbiasa.
Diketahui, lima esai yang menjadi finalis adalah:
1. Optimis Membangun Jembatan Devisa Melalui Industri Soda Ash sebagai Langkah Awal Kebangkitan Ekonomi Nasional oleh Apridah Cameliawati Djohan, Biro Organisasi dan SDM, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
2.Teknologi Karbonasi sebagai Langkah Awal Swasembada Soda Abu di Indonesia dari Emisi Gas Buang Bahan Bakar Fosil, oleh Bangkit Dana Setiawan, Pratitis Mega Adinata, Vicky Wijaya dari Chandra Asri Petrochemical
3. Menakar Penerapan Proses Modified Solvay (MS) untuk Kemandirian Industri Soda Ash Indonesia oleh Fauzi Yusupandi, dari Departemen Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung
4. Industri Soda ash: Menjawab Kebutuhan Indonesia dari Kacamata Kimia, Industri, dan Ekonomi, oleh Muhammad Taruna Aldiramadan, dari Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
5. Industri Soda Ash di Indonesia, Haruskah Ada? oleh Siska Mutiara, dari Program Pasca Sarjana Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung .
Kelima finalis ini nantinya akan mempresentasikan ide esainya di hadapan para juri yaitu Ir. Muh. Khayam, MT, IPU, sebagai Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil, Kementerian Perindustrian RI, Drs. Johnny Darmawan MSi, sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian, KADIN Indonesia, Dr. Ir. Heru Dewanto, ST, MSc (Eng), IPU, ACPE. sebagai Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia, Ir. Hari Supriyadi, MM, IPU, ASEAN Eng. sebagai Presiden Direktur PT Kaltim Parna Industri dan Prof. Dwiwahju Sasongko, PhD. Sebagai Guru Besar Teknik Kimia ITB.