Ketika seseorang sudah iklas dan memaafkan apapun yang terjadi pada masa lalu, orang tersebut cenderung lebih mudah untuk melupakan dan tidak memasukkannya dalam daftar trauma di masa yang akan datang.
Bersahabat dengan masa lalu
“Yang kedua adalah belajar apa saya dari situ? Hal ini mau mengingatkan pada apa ya? Jadi, bersahabat, jadi jangan anggap sebagai musuh. Karena trauma itu sebenarnya mengingatkan kita untuk berhati-hati,” tegas Hing memaparkan.
Baca Juga: Bangkit dari Situasi Broken Home, Al Ghazali: Enggak Trauma, Justru…
Adanya pengalaman yang tidak menyenangkan atau kegagalan masa lalu, membuat masing-masing orang yang mengalaminya menjadi tahu apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi lagi.
Pembelajaran tersebut baru bisa diambil ketika seseorang mampu untuk bersahabat dengan masa lalunya.
“Kita saja yang kadang membuat hal itu menjadi terlalu ekstrem, sehingga akhirnya di semua konteks kita takut, padahal kasusnya kan spesifik, dan patut diingat itu semua terjadi pada 10 tahun lalu, atau 20 tahun yang lalu, yang dihadapi pada saat tidak sepintar sekarang,” jelasnya.
Baca Juga: Ketahui Dampak Negatif Bagi Anak yang Orang Tuanya Sering Bertengkar