Palembang, Sonora.ID - Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar merupakan rumah sakit satu-satunya rumah sakit jiwa di Sumsel. Untuk pasien-pasien yang terkait masalah kejiwaan, rujukan akhirnya adalah ke RS. Ernaldi Bahar (ERBA). Rumah sakit ini berlokasi di KM 12, melayani rumah sakit khusus jiwa.
“Kelas A, sudah ditetapkan kemenkes, milik propinsi sumsel,” ujar dr Yumidiansi, Direktur RSJ Ernaldi Bahar dalam acara The Voice of People (14/07/2021).
Ada 200 tempat tidur yang tersedia, melayani rawat jalan dan rawat inap. Rawat jalan bisa melalui poli dan bisa melalui UGD.
Jenis pelayanan selain melayani jiwa juga memiliki layanan psikologi untuk anak-anak yang ingin mengetahui minat dan bakatnya.
Baca Juga: ODGJ di Bolaang Mongondow Tewas Gantung Diri di Tiang Listrik
Konsultasi dan menerima layanan anak- anak berkebutuhan khusus seperti autis, terapis okupis, terapi bicara, juga menerima pasien-pasien orang yang kecanduan narkoba beserta rehab pasien narkoba yang ingin sembuh.
“RS. Jiwa layanannya sangat luas tidak hanya untuk orang sakit jiwa. Selama ini orang beranggapan rs jiwa hanya untuk orang yang terganggu jiwanya. Kita memberikan layanan-layanan masyarakat yang terkait dengan kesehatan jiwa, tidak hanya ketika orang mengalamai gangguan jiwa berat,” tukasnya.
Ia mengatakan sebetulnya orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah saudara-saudara kita yang tidak beruntung.
Baca Juga: ODGJ di Bolaang Mongondow Tewas Gantung Diri di Tiang Listrik
Sebelum ketahap itu pasti ada gejala, gejala itu yang harus diperhatikan oleh keluarganya. Tandanya antara lain suka menyendiri, malas mandi, tertutup, tidak mau makan dan terjadi perubahan prilaku.
“ keluarga perlu memperhatikan, baik adik, saudara siapapun. Itu sering kita lalai, ketika sudah mengganggu baru dibawa,” ujarnya.
ODGJ yang dipasung biasanya karena menganggu dan keluarganya tidak mampu mengurusnya. Tapi hal itu sebenarnya tidak diperbolehkan karena melanggar HAM.
“Kita punya program itu ke kabupaten kota untuk sosialisasi dan bekerjasama dengan mereka. Ketika mereka tidak mampu mengurus, kami jemput dan diobati. Kami bekerjasama dengan dinas kesehatan dan keluarga untuk diobati. Tapi tidak selesai sampai disitu saja, semua harus berperan. Keluarga harus berperan, dinas kesehatan juga berperan sebab butuh peran keluarga. Bila tidak diperhatikan keluarganya, maka pasien bisa kambuh lagi,” tukasnya.
ODGJ terjadi karena beberapa factor. Bisa karena genetic bisa juga karena stress yang berat sehingga dirinya tidak mampu mengatasinya.
Baca Juga: Orang Dalam Gangguan Jiwa di Palembang Mulai Disuntik Vaksin
Penderitanya lebih banyak diderita kaum laki-laki dibandingkan kaum perempuan. Riset menilai bahwa kaum perempuan lebih terbuka dibandingkan laki-laki.
Lama pengobatan ODGJ tergantung tingkat keparahannya. Setelah sembuh pasien tetap harus control dan minum obat agar bisa terkontrol.
Butuh peran keluarga untuk mengingatkan kedua hal tersebut. Dengan konsep 21 hari bisa kembali pasien akan diterapi oleh dokter-dokter jiwa yang akan memberikan terapi.
Terapi yang dilakukan adalah dengan memberikan kegiatan social. Diajarkan menyapu dan kegiatan-kegiatan yang mepersiapkan mereka agar bisa melakukan sesuatu ketika pulang.
“Diajari menjahit, bercocok tanam, bernyanyi, rohani sehingga ketika pulang tidak membebani keluarga. Banyak pasien kami yang diinventarisir bekerja di tempat kami. Mereka menjadi cleaning service, tukang kebun. Ada 7 orang yang menetap dan membantu di RS. Ernaldi Bahar,” ujarnya.
Baca Juga: Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Mengklaim 4 Pasiennya Positif Covid-19