Makassar, Sonora.ID - Ekonomi Sulawesi Selatan mencatatkan pertumbuhan hingga 7,66 persen pada triwulan kedua 2021.
Capaian itu menjadi yang tertinggi setelah selama empat triwulan berturut-turut mengalami kontraksi.
Kepala Kantor Perwakilan BI Sulsel, Budi Hanoto menyampaikan hal itu dalam taklimat media di Makassar, Jumat (6/8/2021).
Dia menyebutkan sektor penggerak ekonomi yaitu aktivitas masyarakat yang meningkat dan didukung oleh penyaluran stimulus pemerintah dan relaksasi pembatasan fisik.
Baca Juga: Ekonomi Tumbuh 7,6 persen, Sulsel Keluar Dari Resesi
"Penerapan disiplin prokes, adaptasi kebiasaan yang lebih baik oleh masyarakat dan dunia usaha, serta upaya akselerasi vaksinasi mendukung peningkatan aktivitas ekonomi," ujarnya.
Selain itu, dipengaruhi oleh faktor basis pertumbuhan ekonomi rendah (low base effect) pada triwulan dua 2020 yang terkontraksi 3,8 persen.
Dari segi lapangan usaha, sektor transportasi, pergudangan, perdagangan dan konstruksi merupakan kontributor utama perbaikan ekonomi. Tercatat tumbuh 73,9 persen secara yoy.
Hal itu disebabkan aktivitas penumpang pesawat dan kapal laut yang meningkat.
"Peningkatan aktivitas masyarakat juga tercermin dari meningkatnya konsumsi bahan bakar, Google Mobility Index, dan occupancy rate perhotelan,"
"Sejalan dengan hal tersebut, perbaikan LU Perdagangan secara bertahap ditopang oleh pemulihan segmen ritel serta peningkatan penjualan kendaraan seiring dengan penerapan stimulus PPnBM," jelasnya.
Peningkatan Indeks Penjualan Riil (IPR), penggunaan listrik segmen bisnis dan industri, serta outstanding kredit modal kerja turut mengonfirmasi pemulihan LU Perdagangan.
Adapun perbaikan LU Konstruksi ditopang oleh percepatan penyelesaian proyek strategis serta realisasi belanja pemerintah. Belanja modal pada periode laporan tercatat Rp544,08 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp259,47 miliar.
Baca Juga: Gerakan Sulsel Kebut Vaksin Diharapkan Genjot Realisasi Vaksinasi
Dari sisi pengeluaran, kinerja konsumsi dan investasi menopang pemulihan. Kinerja positif konsumsi rumah tangga (7,55%; yoy) didukung oleh peningkatan income seiring dengan relaksasi pembatasan fisik, panen raya tabama, dan stimulus PEN.
Peningkatan konsumsi tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan penyaluran kredit konsumsi yang tumbuh 38,08% dan 6,45%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 11,03% (yoy) dan 4,39% (yoy).
Momen HBKN Ramadan dan Idulfitri turut mendukung pemulihan konsumsi. Komponen konsumsi pemerintah tumbuh mencapai 17,68% (yoy) seiring dengan aktivitas kedinasan yang meningkat.
Hal tersebut tercermin dari belanja pegawai APBD provinsi yang terealisasi 46,37%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang terealisasi 39,55%. Sementara itu, investasi tumbuh 7,71% (yoy) didukung oleh perbaikan confidence level investor, upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan kemudahan investasi, dan berlanjutnya proyek investasi pemerintah serta swasta.
Adapun pertumbuhan ekspor didukung oleh perbaikan ekonomi negara mitra dagang ditengah harga komoditas nikel dan kakao global yang tinggi.
Pemulihan ekonomi tersebut terjadi ditengah tekanan inflasi yang menurun. Inflasi triwulan II 2021 tercatat 1,49% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 2,07% (yoy).
Meredanya tekanan inflasi disumbang oleh sejumlah komoditas pangan dan angkutan udara yang mengalami deflasi, didukung oleh terjaganya pasokan serta aktivitas penerbangan yang diperketat selama periode HBKN Ramadan dan Idulfitri.