Parepare, Sonora.ID - Warga binaan Lapas kerap mendapat citra buruk di mata publik. Bahkan tak jarang mereka dianggap sampah masyarakat lantaran perbuatan yang mereka lakukan di masa lalu. Namun nyatanya, warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lapas Parepare membuktikan bahwa mereka tetap produktif meski berada di balik jeruji penjara.
Mereka menghabiskan waktunya dengan membuat mebel (mebeller). Beragam produk dengan nilai jual tinggi, lahir dari tangan terampil warga binaan tersebut. Mulai dari kursi tamu, kursi teras, lemari hias, tempat tidur/dipan, almari jam hingga meja makan.
Kepala Lapas Kelas II Parepare, Indra Mokoagow mengatakan, sejauh ini pihaknya melatih 34 orang warga binaan sebagai pembuat mebel. Pelatihan akan terus dilakukan untuk menambah pengrajin, jika permintaan produk mereka meningkat.
Baca Juga: Tak Sekadar Tanaman Rawa, Biji Teratai Pun Dapat Diolah Jadi Kukis
”Sebanyak 34 orang warga binaan sudah dilatih dan akan terus ditambah jika pesanan meningkat," kata Indra, Selasa (10/8/21).
Indra menuturkan, dalam produksi mebel ini, pihak Lapas bekerjasama dengan salah satu pengusaha furniture di Kota Parepare. Pengusaha inilah yang memasarkan hasil keterampilan warga binaan tersebut. Selain itu, konsumen juga bisa langsung memesan meubel dengan melihat pengerjaan barang di bengkel kerja Lapas Parepare.
“Saat ini pemasaran dan pemesanan masih dilakukan melalui media sosial UD. Kembar Jepara dengan memanfaatkan aplikasi market place,” ucap Indra
Indra menyebut, setiap produk meubel buatan warga binaan dibanderol dengan harga yang sangat kompetitif. Misalnya, kursi teras dihargai Rp1,2 juta rupiah, kursi minimalis seharga Rp3 juta, kursi madura keong seharga Rp4,6 juta, kursi Madura udina seharga 6,7 juta rupiah dan mimbar besar seharga Rp8,4 juta.
Mengingat tingginya permintaan akan produk mebel buatan warga binaan, selanjutnya pihak Lapas Parepare berencana akan membuka unit-unit produksi lainnya. Seperti laundry, pengelasan, kanopi dan hidroponik. Melalui unit-unit produksi tersebut, pihaknya menarget mampu menyerap sumber daya manusia sebesar 75 persen dari warga binaan yang memenuhi syarat.
Baca Juga: Manfaatkan Limbah Kayu, Nurfaisal Sukses Dirikan Bisnis Jam tangan
Terpisah, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Selatan, Harun Sulianto sangat mengapresiasi upaya pembinaan yang dilakukan Lapas Parepare. "Dalam setiap kesempatan kami selalu meminta kepada kepala UPT untuk melaksanakan kegiatan produksi di dalam lapas sebagai bagian dari pembinaan kemandirian agar menjadi bekal bagi WBP, untk beritegrasi kembali dengan masyarakat," imbuh kakanwil Harun.
Sementara, warga binaan berinisial BD mengaku sangat bersyukur bisa mengikuti program pembinaan di Lapas Parepare. Terlebih, selama menjalani hukuman, ekonomi keluarganya mulai menurun. Namun dari hasil penjualan mebel yang dibuatnya bersama warga binaan lain, ia bisa menyisihkan sebagian upahnya untuk keluarga.
“Saya bersyukur diikutkan bekerja disini, selain mendapatkan pengalaman saya juga sudah tidak pernah meminta kiriman makanan dari luar bahkan saya bisa sisihkan premi saya untuk anak-anak saya,"pungkas BD.