Ini Penjelasan BPS penyebab Ekonomi Sulsel Naik 7,6 persen di Tengah Pandemi

13 Agustus 2021 18:42 WIB
Kepala BPS Sulsel, Suntono dalam momen talkshow SmartFM Malassar
Kepala BPS Sulsel, Suntono dalam momen talkshow SmartFM Malassar ( Sonora.ID)

Makassar, Sonora.ID - Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang menembus 7,76 persen pada kuartal II tahun 2021 diragukan sejumlah kalangan.

Menyusul kondisi berbeda yang dirasakan sebagian masyarakat. Seperti kesulitan mendapatkan penghasilan di tengah pandemi covid 19.

Menanggapi fenomena itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Suntono memberikan penjelasan dalam siaran talkshow SmartFM Makassar, Kamis (12/8/2021).

Dia mengatakan capaian itu menjadi tanda Sulsel mulai memasuki fase pemulihan ekonomi. Terlebih, angka berada di atas nasional.

Baca Juga: Penyintas Covid Diimbau Secara Sukarela Donor Konvalesen ke UTD PMI

"Lebih disebabkan aktivitas ekonomi sudah mulai pulih," ujarnya.

Suntono menyebut banyak faktor yang mendorong ekonomi. Tertinggi yaitu sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh 73,95 persen.

Hal itu disebabkan pada periode April hingga Juli 2021. Terjadi peningkatan 450,14 persen jumlah penumpang di bandara sultan hasanuddin Makassar.

"Beberapa kegiatan ekonomi mengalami peningkatan, salah satunya aktivitas transportasi meningkat tajam. Indikasinya jumlah penumpang yang dilaporkan pihak bandara," jelasnya.

Selain itu, didorong aktivitas bongkar muat barang di pelabuhan Makassar yang mengalami peningkatan.

Suntono menambahkan dampak terjadinya pelonggaran kegiatan masyarakat. Konsumsi bergeliat, terlebih ada momen hari raya.

BPS menyebut dari 18 sektor yang menjadi acuan ekonomi. Hanya pertambangan dan penggalian yang mengalami penurunan.

"Yang lainnya tumbuh positif dengan variasi angka," tambahnya.

Sementara pengamat ekonomi, Prof Dr Marzuki DEA mengatakan pemerintah perlu memberikan penjelasan terperinci agar keraguan masyarakat bisa dijawab.

Baca Juga: Permintaan Plasma Konvalesen Meningkat, UTD PMI Bali Penuhi 50 Persen

Dia memandang perhitungan yang tinggi tersebut secara ilmiah sudah benar. Hal itu dipengaruhi faktor low base effect atau basis pertumbuhan ekonomi rendah.

Guru besar Universitas Hasanuddin Makassar itu menyinggung data ekonomi pada triwulan kedua tahun lalu yang terkontraksi 3,87 persen. Jika menjadi acuan perbandingan, tentunya berpengaruh dalam laporan.

"Itu mengagetkan, karena di saat aman saja (kondisi sebelum pandemi) itu sulit tercapai. Jadi perlu disosialisasikan kepada masyarakat," jelasnya.

Sementara pelaku usaha yang tergabung dalam asosiasi pengusaha indonesia (Apindo) memandang pelonggaran aktivitas masyarakat mempengaruhi pergerakan ekonomi.

Ketua Apindo Sulsel, Muammar Muhayyang menekankan pentingnya konsistensi pemerintah dalam penanganan covid 19.

Selain itu, program vaksinasi massal perlu dimasifkan. Terutama bagi pekerja di kawasan industri.

Hal itu dianggap penting karena menjadi kunci bagi pemulihan ekonomi di tengah pandemi.

"Data pertumbuhan ekonomi ini menjadi acuan kami untuk lebih optimis menatap hari kedepannya," ungkap Muammar yang juga hadir sebagai narasumber.

EditorKumairoh
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm