Menurut Daeng Nyonri, pembeli yang datang setiap 10 Muharram tetap ramai. Hanya saja jumlah item yang mereka beli sedikit.
Tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Satu pembeli bisa memborong hingga 5 sampai 10 barang sekaligus.
"Tidak sepi juga, tapi ya kurang mereka beli. Bisanya banyak naborong," ucapnya.
Hal itu pula yang menyebabkan omzetnya turun drastis. Daeng Nyonri menyebut, kini omzet tertinggi yang didapatnya tak sampai Rp100 juta.
Rahmi, salah seorang pembeli perabot yang ditemui di lapak Daeng Nyonri, mengatakan, setiap 10 Muharram ia dan keluarganya selalu menyempatkan untuk membeli
parabot dapur.
Meski ia mengaku tidak tahu pasti maksud tradisi tersebut, tapi itu sudah dilakukan keluarganya secara turun temurun.
"Saya cuma ikut sama keluarga saja. Kalau 10 Muharram mereka cari panci sama timba. Katanya barakka' ki (berkah)," imbuh Rahmi.
Baca Juga: Swab Acak Sasar Warung Kopi di Makassar, DPRD: Tidak Efektif