Makassar, Sonora.ID - Beragam tradisi mewarnai Hari Asyura pada tahun baru islam atau 10 Muharram. Di Sulsel khususnya Makassar, masyarakat kerap memborong perabot rumah tangga seperti gayung atau timba, panci, ember hingga baskom saat 10 Muharram tiba.
Sebagian besar masyarakat Sulsel meyakini, membeli perabot dapur pada Hari Asyura akan mendatangkan berkah. Tak heran, banyak pedagang perabot dapur rela turun ke jalan menjajakan dagangannya.
Seperti dilakukan Daeng Nyonri, warga Makassar yang menjual perabot dapurnya di sisi Jalan Cendrawasih tepat depan Pasar Senggol.
Daeng Nyonri mengaku, telah bertahun-tahun menjual perabot dapur. Selain di Makassar, ia juga menjualnya ke daerah lain di Sulsel lantaran tingginya permintaan.
Namun jika 10 Muharram, ia memilih menjual hanya di Makassar. Hal itu dikarenakan omzet yang didapatnya cukup banyak. Dalam sehari itu saja, ia bisa mengantongi uang Rp120 juta.
Sebagian besar pembelinya adalah ibu rumah tangga ataupun perempuan paruh baya. Sayang, dua tahun belakangan sejak pandemi Covid-19 melanda, omzetnya anjlok.
"Dibanding dengan tahun-tahun lalu sebelum pandemi ini agak berkurang. Terpengaruh sekali. Biasanya saya mendapat tidak tentu, tapi dua tahun lalu bisa saya dapat 120 juta dalam sehari," ujar Daeng Nyonri saat ditemui di lapaknya, Kamis (19/8/21).
Baca Juga: Tradisi Wungon di Kabupaten Pemalang Jawa Tengah
Menurut Daeng Nyonri, pembeli yang datang setiap 10 Muharram tetap ramai. Hanya saja jumlah item yang mereka beli sedikit.
Tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Satu pembeli bisa memborong hingga 5 sampai 10 barang sekaligus.
"Tidak sepi juga, tapi ya kurang mereka beli. Bisanya banyak naborong," ucapnya.
Hal itu pula yang menyebabkan omzetnya turun drastis. Daeng Nyonri menyebut, kini omzet tertinggi yang didapatnya tak sampai Rp100 juta.
Rahmi, salah seorang pembeli perabot yang ditemui di lapak Daeng Nyonri, mengatakan, setiap 10 Muharram ia dan keluarganya selalu menyempatkan untuk membeli
parabot dapur.
Meski ia mengaku tidak tahu pasti maksud tradisi tersebut, tapi itu sudah dilakukan keluarganya secara turun temurun.
"Saya cuma ikut sama keluarga saja. Kalau 10 Muharram mereka cari panci sama timba. Katanya barakka' ki (berkah)," imbuh Rahmi.
Baca Juga: Swab Acak Sasar Warung Kopi di Makassar, DPRD: Tidak Efektif