Sonora.ID - Kementerian Keuangan tengah berusaha mengoptimalkan instrument fiskal, yaitu Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau APBN untuk mendukung program-program yang terkait dengan penurunan emisi karbon.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk penerapan komitmen pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi karbon, dan untuk menghindari dampak dari climate change atau perubahan iklim, yang saat ini tengah menjadi permasalahan dunia.
“Berbagai policy terutama di lingkungan Kementerian Keuangan menggunakan instrumen fiskal kita yaitu APBN. APBN kita melakukan apa yang kita sebut budget tagging. Bagaimana APBN mendukung program program penurunan emisi karbon atau melakukan transformasi agar kegiatan produksi menjadi semakin bersih,” kata Si Mulyani, Menteri Keuangan dalam acara Kompas Fest Navigate secara virtual, Jumat (20/08/2021).
Baca Juga: Wacana Tax Amnesty Mencuat Lagi, Begini Respon Menkeu Sri Mulyani
Sri Mulyani menjelaskan instrumen dalam APBN, seperti fasilitas perpajakan digunakan untuk mendorong investasi yang menggunakan energi terbarukan.
Kementerian keuangan juga melakukan budget climate tagging, untuk dapat mengidentifikasi berapa belanja dan anggaran yang diperlukan untuk program yang bersentuhan langsung dengan isu climate change dan memiliki dampak langsung terhadap penurunan emisi karbon.
Anggaran juga diberikan kepada pemerintah daerah, agar pemerintah daerah dapat mendorong program-program, khususnya di bidang pertanian untuk ketahanan pangan, ketahanan air dan ketahanan ekosistem, serta berbagai inovasi lainnya untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Baca Juga: Pandemi Tak Berujung, Sri Mulyani Mulai Khawatir Soal Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal II 2021
“Kami juga terus mengembangkan instrument yang sifatnya pembiayaan inovatif. Didalam rangka untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan,” lanjut Menteri Keuangan.
Dalam kesempatan yang sama, ia juga mengatakan bahwa pada tahun 2018, pihaknya menerbitkan green sukuk yang bertujuan untuk membiayai proyek-proyek yang bersifat ramah lingkungan.
“Green sukuk pertama yang kita terbitkan tahun 2018 juga merupakan green sukuk pertama di dunia,” sebut Sri Mulyani.
Pada tahun 2019, kementerian keuangan juga menerbitkan green sukuk ritel, yang mana seri pertama senilai 1,46 Triliun Rupiah dan seri kedua senilai 5,42 Triliun Rupiah. Dari penjualan tersebut, tercatat bahwa 50% investor merupakan generasi milenial.
“Ini merupakan sesuatu yang sangat baik karena anak-anak muda tidak hanya mereka semakin sadar terhadap pentingnya menjaga lingkungan hidup dan keberlangsungan bumi ini juga mereka juga makin pintar dan cerdas untuk berinvestasi,” jelas Sri Mulyani.
Baca Juga: HUT Sonora ke-49, Sri Mulyani: Sonora adalah Mitra Penting Pemerintahan