Sonora.ID - Amarah adalah hal yang wajar yang biasanya dirasakan oleh seseorang ketika menghadapi sesuatu atau seseorang yang membuatnya tidak nyaman dan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi.
Amarah bisa diakibatkan oleh banyak hal. Namun, meski terbilang sebagai hal yang wajar, amarah yang berlebihan dan tidak bisa ditahan bisa menjadi salah satu tanda adanya masalah dalam pengendalian amarah.
Berikut ini adalah 3 tanda bahwa Anda termasuk sebagai orang dengan masalah pengendalian amarah, jangan dibiarkan karena bisa merugikan orang lain dan diri Anda sendiri.
Baca Juga: Lapar Bikin Emosi Meledak-ledak, Ini 5 Cara Menahan Amarah Saat Puasa
Kecemasan
Di masa perkembangan teknologi, terlebih pada masyarakat yang tinggal di pusat kota, kecemasan menjadi masalah yang kerap kali ditemukan.
Ternyata hal ini juga bisa menjadi tanda bahwa Anda memiliki masalah dalam pengendalian amarah, dan bahkan bisa menyebabkan orang-orang yang tinggal bersamannya menjadi gelisah dan tidak nyaman.
Orang yang mengalami kecemasan biasanya sadar bahwa dirinya tidak bisa mengendalikan amarah, kemudian cemas jika dirinya menyakiti orang lain atau dirinya sendiri.
Baca Juga: Pertanda Kesehatan Mental Terganggu, Stop Ngomong Kasar dari Sekarang!
Peningkatan tekanan darah dan detak jantung
Pada orang yang marah menggebu-gebu, biasanya hasil dari fight or flight adalah peningkatan tekanan darah dan detak jantung pada orang tersebut.
Tak hanya itu, ketika marah, otot-otot pada tubuh manusia otomatis menegang karena adanya adrenalin yang mengalir deras ke seluruh tubuh.
Pada orang yang memiliki masalah pengendalian amarah, dirinya cenderung memiliki tekanan darah yang tinggi, detak jantung yang cepat, dan sering alami ketegangan otot.
Baca Juga: Sering Terpancing Emosi? Gunakan 8 Cara Ini untuk Melepaskan Kemarahan
Rasa bersalah
Hampir mirip dengan ciri atau tanda yang pertama, seorang yang mengalami masalah pengendalian amarah cenderung mengalami rasa bersalah ketika berhadapan dengan masalah kemarahan tersebut.
Mereka akan merasa bersalah atas reaksinya kepada orang lain, karena pada dasarnya ia tidak memiliki keinginan atau intensi untuk menyakiti orang lain.
Hanya saja pada saat amarah itu muncul, ia seakan tidak bisa mengendalikan diri sehingga kemungkinan menyakiti orang lain, dan muncul rasa bersalah pada waktu selanjutnya.
Baca Juga: Wajarkah Seorang Atasan atau Bos Marah-marah Terhadap Bawahannya?