Pinrang, Sonora.ID - Beberapa tahun lalu, Sulsel pernah berjaya dengan hasil ekspor udang. Sayangnya, seiring waktu, produksi udang semakin menurun.
Teknik budidaya yang buruk diyakini menjadi penyebab menurunnya produksi udang windu di Sulsel.
Selama ini, sebagian besar petambak khususnya di Kabupaten Pinrang menggunakan antibiotik untuk mencegah penyakit pada udang.
Namun penggunaan antibiotik ini memungkinkan terjadinya residu pada udang, sehingga terjadi kontaminasi.
Baca Juga: Raih Omset hingga Rp 600 Juta, Pedagang Oplos Madu Palsu dengan Bahan Campuran Pakan Ternak
Mengatasi hal itu, PT Pertamina Regional Sulawesi melalui DPPU (Depot Pengisian Pesawat Udara) Hasanuddin bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan BRPBAP3 (Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan) Kabupaten Maros melakukan edukasi serta pendampingan pakan Sinbiotik Ramah Lingkungan bagi kelompok petambak udang di Kabupaten Pinrang.
Pakan sinbiotik merupakan kombinasi antara probiotik dan prebiotik yang bermanfaat untuk kesehatan dan keseimbangan mikroorganisme saluran pencernaan ikan maupun udang.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat dan perlu diberikan apresiasi yang baik dan dukungan dari pemerintah daerah karena Kabupaten Pinrang ini merupakan pusatnya untuk budidaya udang vannamei,” ujar Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pinrang, Andi Pabiseangi, Jumat (27/8/21).
Baca Juga: Budidaya Udang Windu di Sulsel Kini Berbasis Ramah Lingkungan
Peneliti Madya dari BRBAP3 Maros, Muharijadi Atmomarsono dan Kamaruddin, dalam kesempatan itu menjelaskan,
penggunaan pakan sinbiotik yakni 10% dari berat pakan harian pada udang ataupun ikan.
Jika dalam satu tambak kebutuhan harian pakannya 10 kg, maka pakan sinbiotik yang dibutuhkan sebanyak 1 kg dicampurkan dengan 9 kg pakan komersil.
Peneliti yakin, pemberian pakan sinbiotik akan mencegah penyakit pada udang seperti Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) yang dapat menyebabkan kematian massal.
Baca Juga: Terinspirasi Ibnu Sina, Apri Sukses Ubah Sampah Organik Jadi Pakan Ikan
"Hal ini yang mengakibatkan petambak merugi" terangnya.
Sementara itu, Kasau selaku Ketua Kelompok Petambak Udang di Desa Wiringtasi, Kecamatan Suppa, mengatakan, respon udang terhadap pakan sinbiotik ini cukup baik.
"Biasanya kalau pakan komersil disimpan di anco tambak membutuhkan 3-4 jam baru pakannya habis, tetapi jika menggunakan campuran pakan sinbiotik hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam, ini menujukkan respon udang terhadap pakan ini cukup baik," terangnya.
Baca Juga: Bantuan Logistik & Pakan Satwa Mulai Berdatangan Ke Kebun Binatang Bandung
Terpisah, Unit Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Marketing Operation Regional Sulawesi, Laode Syarifuddin Mursali berharap, kegiatan tersebut dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya petambak dan pembudidaya udang dan ikan untuk mengunakan pakan ramah lingkungan.
"Dengan hadirnya pakan ramah lingkungan seperti Sinbiotik ini kami harapkan petambak udang maupun ikan mampu meningkatkan produktivitas dan kesehatan pada udang dan ikannya,” tandas Laode.
Baca Juga: Ribuan Tukik Dilepas dari Konservasi Karena Kekurangan Pakan