Semarang, Sonora.ID - Bagi warga Jateng, terutama mahasiswa di Semarang pasti setidaknya akrab dengan warung burjo. Burjo bisa dibilang sangat banyak dijumpai di Semarang terutama di area sekitar kampus-kampus.
Burjo sendiri merupakan singkatan dari bubur kacang ijo, yang mana warung ini sebenarnya menjual bubur kacang hijau.
Namun kini burjo lebih identik dengan menjual makanan instan seperti oalahan berbagai mie instan, nasi dengan sarden plus telor serta dan berbagai macam minuman sachet lainnya.
Burjo merupakan warung yang disukai kebanyakan mahasiswa, warung yang khas dengan interior berwarna hijau, kuning dan merah.
Baca Juga: Caos Dhahar Lorogendhing, Kuliner Khas Kadilangu Demak, Favorit Sunan Kalijogo
Karena harganya yang terjangkau di kantong mahasiswa, menjadikan burjo sebagai tempat mencari makanan yang menyenangkan dan enak sekaligus untuk nongkrong sehari- hari bersama teman- teman tanpa budget yang membuat kritis kondisi dompet.
Uniknya, jika diperhatikan rata- rata penjual di burjo dipanggil dengan aa’ atau teteh burjo.
Nyatanya para penjual burjo ini kebanyakan berasal dari Jawa Barat. Hal ini juga merujuk sejarah awal mulanya.
Baca Juga: Ide Bisnis Kuliner yang Bakal Laris Manis Dimasa Pandemi, Berikut Resep Sate Ayam
Konon ada seorang dari Kuningan Jawa Barat yang berjualan bubur kacang hijau lalu semakin berkembang usahanya, dan ia membuka cabang dikota lain dengan membuka warung burjo.
Kini pun kian banyak orang Kuningan Jawa Barat lainya yang meniru membuka warung burjo ini.
Burjo merupakan salah satu pilihan warung makan yang dapat ditemui di banyak tempat meski tak hanya di Semarang.
Kelebihannya sehingga menjadi idola para mahasiswa rantauan, selain harga yang murah, pilihan menu yang beragam, kebanyakan burjo juga buka 24 jam.
Baca Juga: Masyarakat Indonesia Kini Bisa Menikmati Kuliner Khas Eropa Tanpa Harus Terbang ke Benua Biru