Sonora.ID - Pembelajaran tatap muka rencananya akan kembali digelar di bulan September mendatang.
Apa yang perlu dipersiapkan oleh orang tua dan anak untuk menghadapinya? Monalisa Sukdevadewi, M.Psi, Psikolog Pendidikan & Founder Biro Psikologi Optimal Psychology & Educational Center menjelaskannya kepada pendengar Sonora FM Palembang (28/08/2021).
“Sekolah tatap muka menjadi tantangan bagi siswa, guru dan orang tua. Pertemuannya juga masih terbatas, beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Bagaimana orang tua mendampingi anaknya. Ini bukan hal yang mudah bagi seorang anak, karena anak butuh motivasi kembali untuk bisa menjalani koneksi, sebelumnya belum pernah berinteraksi dengan teman-temannya,” ujarnya.
Baca Juga: Prokes dan Surat Izin Orangtua jadi Syarat Wajib PTM Terbatas SMAN 25 Jakarta
Selanjutnya adalah melatih anak untuk bisa mengatur jadwal kegiatannya kembali, baik dalam pembelajaran, aktifitas dirumah, pola istirahat dan beberapa kegiatan lainya yang biasa dilakukan di rumah dan mengikuti pola-pola yang akan disesuaikan dengan kegiatan di sekolah.
Kemudian beradaptasi dengan prilaku baru yang menjadi tantangan orang tua bagaimana anak mulai bisa membiasakan menggunakan masker.
Sulit bagi anak-anak yang tidak terbiasa menggunakannya, orang tua perlu melakukan beberapa proses, melatih menggunakan masker saat dirumah, bagaimana menggunakannya, menyimpannya dan menggantinya, harus diajarkan.
Baca Juga: Evaluasi Dinkes: PPKM Banjarmasin Turun Level 3, PTM Direkomendasikan
“Orang tua perlu meyakinkan anak pentingnya menggunakan masker. Anak-anak yang sulit menggunakannya tentu sulit memaknai pentingnya menggunakan masker. Dibiasakan saat bermain, beraktifitas, menggambar, menulis, sehingga anak mulai terbiasa,” tukasnya.
Kesiapan belajar tatap muka menjadi bermasalah bagi anak ketika ada yang pernah terdampak pandemi.
Ada yang ketakutan, ada yang mengalami kondisi yang tidak nyaman, sakit atau meninggal.
Baca Juga: Laksanakan PTM Terbatas, SDN 15 Cipete Utara Terapkan Prokes Ketat
Kondisi ini akan membuat anak menjadi stres dan ketakuan.
Orang tua harus bisa meyakinkan anak, pelajari dulu dalam hal apa ketakutannya.
Setalah di uji, coba mengajarkan relaksasi dan menerima perasaan itu.
“Kita yakinkan bahwa hal itu wajar, bagaimana mengarahkan anak utuk mengatasi stresnya,” tukasnya.
Bisa juga dengan memberikan waktu untuk mengambil nafas agar relaksasi, setidaknya meringankan rasa khawatir anak.
Baca Juga: Pemprov Jatim Gelar 57.000 Dosis Vaksinasi Serentak SMA/SMK se-Jatim
Orang tua melakukan observasi terlebih dulu apakah tanda-tanda stress anak ada, bila tidak ada maka orang tua cukup memotivasi agar mereka bersosialisasi, melakukan 3 M agar terbiasa.
Bila kecemasan perlu dipahami lebih lanjut. Bila tidak tahu bisa berkonsultasi dengan professional.
Bagi orang tua pasti ada ketakutan karena pandemi belum berakhir, apalagi yang terdampak secara langsung.
Baca Juga: Pemprov DKI Targetkan 1.500 Sekolah Bisa PTM pada Bulan September
Bagaimana orang tua meyakinkan bahwa belajar yang paling baik adalah di sekolah karena dapat berinteraksi dengan gurunya.
Anak-anak mendapatkan perkembangan yang positif terkait perkembangan kognitif dan motorik dan sosial.
“Bagiamana orang tua tetap terkoneksi dengan anak, memahami kondisi anak secara fisik dan mental. Ajarkan anak untuk happy baik belajar di rumah maupun disekolah. Semua pasti bisa diatasi,” tutupnya.
Baca Juga: Siswa Tidak Wajib Vaksin untuk Mengikuti PTM di Jakarta