Konon keadaan tanah di Purworejo, Pekalongan hingga Pemalang sangat subur, tetapi karena sedang dijajah keadaan tak memungkinkan mereka untuk menumbuk padi untuk menjadi nasi.
Sehingga tak ada ruang untuk mengolah lahan atau menjual beras ke pedagang–pedagang beras waktu itu, hasil panen pari pun anjlok! Mereka yang saat itu kesusahan di bidang pangan pun memutar otak untuk mengganti masakan yang cepat untuk di olah dan akhirnya membuat megono ini.
Pada saat itu megono ini juga jadi makananan untuk tentara, di mana ketika tentara masuk dan singgah ke dalam kampung–kampung kecil warga akan menyiapkan nasi megono yang cepat dan tepat untuk di hidangkan.
Nasi megono inilah yang mengenyangkan perut warga Pekalongan, tanpa olahan nasi megono pun para warga dan tentara tak bisa bertahan dari masa peperangan jaman Belanda.
Baca Juga: Dawet Siwalan, Minuman Berbuka Puasa Kaya Manfaat Khas Masyarakat Pesisir Pantura Jateng