Sonora.ID − Menerapkan pola pikir positif seringkali menjadi hal yang dianggap sulit bagi sebagian masyarakat, baik itu untuk diri sendiri atau ditujukan untuk pihak lainnya.
Arahan untuk selalu memiliki pola pikir positif barangkali ditanamkan tanpa adanya rekomendasi aktivitas konkret yang dapat diterapkan.
Dalam wawancara yang dilakukan melalui siaran Story of Life Radio Sonora, Widya Saraswati memaparkan cara-cara konkret agar kamu dapat memiliki sekaligus menerapkan pola pikir positif.
Berikut cara-cara yang dapat dilakukan:
Baca Juga: Tampil Memikat, Ini 5 Tips Memancarkan Aura Positif dari Dalam
1. Susun kalimat dalam pikiranmu sebaik mungkin
Salah satu faktor penyebab pola pikir negatif adalah karena kamu seringkali secara tidak sadar membentuk suatu kalimat asumsi yang menggunakan diksi-diksi negatif.
Diksi-diksi negatif yang paling umum digunakan adalah 'tidak' dan 'jangan'.
Contoh kasus yang digunakan oleh Widya adalah kekhawatiran orang tua dalam membimbing anaknya.
Orang tua sering memberikan peringatan dengan mengatakan, "Jangan memberantakkan kamar" sebagai contoh.
Lantas, apakah perintah tersebut akan menghasilkan hasil yang sejalan? Tidak. Mayoritas kasus menunjukkan bahwa anak justru memberantakkan kamar. Hal ini terjadi karena apa yang diserap dan tertanam oleh anak adalah diksi 'berantakkan'.
Ketimbang menggunakan kalimat demikian, kamu bisa memodifikasinya agar kalimat yang dikatakan lebih bersifat positif. Seperti, "Ayo bereskan kamarmu supaya kita bisa lanjut ke kegiatan selanjutnya."
Baca Juga: 3 Tips Kendalikan Rasa Cemas ala Konsultan, Hati-hati Bisa Ubah Perilaku!
2. Fokus pada apa yang kamu inginkan daripada yang dikhawatirkan
Berkaitan dengan penjelasan sebelumnya, tentunya ini masih melibatkan permainan bahasa.
Dengan contoh yang sama, secara jelas orang tua tersebut ingin agar kamarnya rapi.
Maka sudah sebaiknya apa yang orang tua tersebut pikirkan dalam otak adalah 'rapi' bukan 'tidak berantakan'.
Dalam kasus lain, terdapat seorang klien yang saat itu fokusnya adalah agar 'tidak ingin memiliki suami pengangguran'. Realitanya, klien tersebut menikahi suami pengangguran.
Hal demikian terjadi karena tubuh seringkali merespons apa yang kamu pikirkan dan mewujudkannya ke dalam tindakan-tindakan.
Pikiran kamu menjadi basis pemograman akan tindakan sekaligus nasibmu, lho!
Baca Juga: Hing: Waktu Istirahat Justru Timbulkan Pikiran Negatif? Lakukan Hal Ini
Oleh karenanya, daripada terus menghindari diri dari kekhawatiran atau ketakutan, Widya menyarankan agar seseorang lebih mendekatkan diri dengan apa yang ingin dicapai.
Klien tersebut seharusnya bisa fokus pada keinginan untuk memiliki suami yang perhatian, suami yang ingin bekerja, dan sebagainya.
Dalam kondisi yang mengharuskan kamu untuk mengarahkan seseorang, salah satu tipsnya bisa dengan memberikan peringatan dan diikuti oleh kalimat persuasif, yang tentunya juga positif.
Hal ini seperti apa yang disarankan oleh Widya terhadap salah satu pertanyaan audien, bagaimana mengarahkan anaknya yang memiliki minim motivasi dalam belajar selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Audien tersebut sering mengingatkan anaknya dengan sugesti yang tidak begitu menyenangkan seperti, “Jika tidak belajar maka tidak akan sukses”.
Kalimat tersebut dapat dimodifikasi menjadi, “Jika kamu belajar, apa pun yang kamu pelajari nantinya dapat mempermudah kelulusanmu”.
Baca Juga: Bukan Isapan Jempol Belaka, Ini Alasan Hati yang Gembira adalah Obat
3. Membaca buku atau biografi
Selain dari penggunaan bahasa, ada cara-cara lain yang dapat menunjang pola pikir positif ini. Tidak lain dan tidak bukan adalah membaca buku.
Berangkat dari kisah pendiri Tokopedia, William Tanuwijaya secara tidak langsung dapat meraih kesuksesannya dari kebiasaan membaca buku.
Terlepas dari masa mudanya yang tidak begitu dihabiskan dengan bergaul, ternyata kebiasaannya membaca buku dapat menjadi faktor pembentuk pola pikir positif.
Buku memberikan informasi sekaligus catatan inspiratif sehingga membaca buku juga dinilai efektif dalam membentuk pola pikir positif.
Selain membaca buku, kamu dapat mencari biografi seseorang yang kondisinya relevan dengan kondisimu saat ini.
Baca Juga: Sering Digosipin? Ini 3 Tips Jaga Pikiran Tetap Positif ala Pelatih NLP
Widya menggunakan contoh pengalaman orang tua atau orang-orang berusia matang yang cenderung pesimis akan kesuksesannya.
Asumsi umum masyarakat adalah semakin tua maka kesempatannya semakin berkurang karena adanya faktor usia atau penuaan.
Akan tetapi, jika bisa melihat lebih luas maka kamu akan disadarkan oleh cerita penemu KFC yang kesuksesan bisnisnya dimulai dari usia matang.
Atau kamu bisa melihat para pemegang jabatan tinggi di berbagai instansi merupakan orang-orang yang sudah tua.
Artinya, asumsi yang berkembang tidak lah bersifat mutlak.
Kamu masih memiliki peluang untuk mengubah keadaan yang biasa masyarakat tanamkan secara negatif.
Baca Juga: Raih Kekayaan Finansial dengan 'Kakeibo', Seni Menabung ala Orang Jepang