Sonora.ID – Prof. Yuwono, M. BIOMED, Tenaga Ahli Satgas Covid-19 Sumsel dan juga Direktur RS. Pusri kepada Sonora (1/09/2021) menjelaskan bahwa kondisi terbaru Covid-19 di Sumsel adalah seperti sebelum gelombang varian delta yang menerpa seluruh wilayah Indonesia di bulan Juli lalu.
“Sudah landai, kisaran 100 kasus positif pertambahannya setiap hari disumsel. Tapi tetap harus waspada karena angka positif kita masih diatas 15%,” ujarnya.
Zonanya secara umum oranye, sebagian sudah kuning tapi karena positivity ratenya cukup tinggi lebih dari 15% maka jadi catatan tersendiri untuk kita.
Baca Juga: Master Trainer Tak Setuju dengan Istilah ‘New Normal’, Ini Alasannya
Pembelajaran tatap muka (PTM) berdasarkan peraturan pemerintah yang belum bisa dilakukan adalah yang PPKM level 4, jika berada di level 3 diperbolehkan tapi dalam keadaan terbatas.
Ia menjelaskan mengenai badai sitokin, yaitu terjadi sekitar pekan ke dua.
Penyakit covid di minggu pertama gejalanya seperti flu biasa, pada pekan kedua terjadi fase kritis.
Jika berlanjut ke penyakit berat, tapi pekan ke dua bisa juga terjadi penyembuhan.
Baca Juga: Syarat-syarat untuk Menjadi Wibu dan Otaku Sejati
Oleh sebab itu perlu diwaspadai akhir minggu pertama sampai awal minggu ke dua.
“Badai sitokin terjadi kira-kira setengah persen pasien Covid-19 yang masuk ke rumah sakit. Protein atau imunitas daya tahan tubuh untuk melawan virus, tapi karena perlawanan yang sangat besar sehingga disebut badai maka justru merusak tubuh itu sendiri. Umumnya terjadi pada pekan kedua orang yang dirawat covid,” tukasnya.
Gejalanya adalah kondisi tubuh yang terus menurun, sesak nafas meningkat.
Bila terjadi badai sitokin maka pengobatan menjadi tumpul, banyak berujung pada kematian.
Baca Juga: Jangan Asal Bercanda Fisik, Ini Dampaknya bagi Korban hingga Bunuh Diri
Pendekatannya adalah dengan memberikan antivirus, pemberian steroid, tapi kemungkinannya 50:50, terapi plasma konvalesen, terapi antidbodi monoclonal, tapi biayanya cukup mahal hingga belasan juta.
Pada orang-oarng tertentu ada yang bisa melawati badai sitokin tetapi timbul gejala lain seperti penggumpalan darah bahkan ada yang meninggal.
Ada kegagalan pada organ tubuh, dan bukan hanya pada paru-paru saja, tetapi bisa saja ke ginjal, hati dan jantung.
Baca Juga: Kentut dari Vagina ketika Berhubungan Seksual, Bagaimana Cara Mengatasinya?
“Bagi yang memiliki komorbid perlu mewaspadai terjadinya badai sitokin,” ujarnya.
Selain itu ada juga istilah long covid, adalah orang yang sudah sembuh dari covid sudah negative, tetapi gejala-gejala secara objektif masih diraskan, seperti lemas atau cepat lelah, sesak nafas, ganguan konsentrasi.
Hal ini diduga karena ada efek pada system saraf akibat terpapar covid.
“Pengobatannya dengan terapi dan obat-obatan, terpenting butuh dukungan secara psikologis, tidak bisa instant butuh proses untuk pulih,” tukasnya.
Long covid banyak terjadi pada lansia, dan dewasa 40 hingga 50 tahun. Pada lansia banyak mengalami sesak nafas, pada dewasa banyak mengalami lelah. butuh proses penyembuhan selama 3 hingga 6 bulan.
Baca Juga: Hati-Hati! Kesehatan Mental Bisa Picu Self Destructive Behaviour