Sonora.ID - Start Up atau perusahaan rintisan menjadi tren pilihan tempat kerja bagi banyak orang, termasuk untuk staf Community Partnership Manager di TikTok, Stephanie Sekar.
Budaya kerja yang tidak menekankan relasi hierarkis, birokrasi yang tidak rumit— bahkan tidak ada, dan tidak text book sangat cocok bagi anak-anak muda yang semangat kerjanya berkaitan dengan kebebasan serta eksplorasi diri.
Dalam siaran radio yang mengudara di Motion FM (3/08/21) Stephanie mengatakan bahwa Start Up memang cocok bagi anak muda karena pola kerjanya.
Baca Juga: Benarkah Uang Rp500,- Warna Kuning Terbuat dari Emas dan Bisa Ditukar Menjadi Rp750.000? Ini Kata BI
"Start Up menjadi golden ticket buat anak muda. Terlebih anak muda memiliki critical dan creative thinking," tambahnya.
Tidak hanya untuk anak muda, bagi kamu yang merasa sudah cukup umur namun memiliki jiwa-jiwa seperti anak muda, Start Up tentu tetap cocok untukmu!
Dalam siaran radio tersebut Stephanie memberikan tips yang bisa kamu pertimbangkan sebelum memasuki Start Up.
Apakah kamu mulai tertarik untuk bekerja di Start Up namun masih ragu?
Tidak perlu khawatir karena Stephani juga berbagi ceritanya selama masa perekrutan dan bisa dijadikan referensi untuk mempersiapkan diri sebelum melamar di Start Up impianmu.
Baca Juga: Karier Semakin Meroket, Kini Kim Seon Ho Bakal Debut Layar Lebar
Simak poin-poin berikut:
1. Jadilah orang yang memiliki pola pikir kritis dan kreatif
Di Start Up, dinamika kerjanya akan sangat menantang dan dinamis.
Kamu akan selalu dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang perlu kamu selesaikan.
Oleh karenanya, pola pikir kritis dan kreatif untuk menemukan solusi yang tepat sangat dibutuhkan para stafnya.
Pola pikir ini juga biasa akan diuji ketika kamu melamar bekerja di Start Up.
Selama sesi perekrutan, biasanya Start Up akan memberikan studi kasus yang perlu kamu selesaikan.
"Tidak perlu khawatir salah atau benar karena studi kasus tersebut lebih melihat bagaimana kemampuan critical thinking, cara kerja, dan jalan pikir seseorang (logical reasoning)," ujar Stephanie.
Baca Juga: Pelajari 7 Makna dan Nilai Hidup Berharga dari Drakor ‘Start Up’
2. Persiapkan kemampuan berkomunikasimu
Setelah mengerjakan studi kasus, Stephanie mengatakan bahwa kamu akan mempresentasikan hasil analisismu di depan user.
Terlepas dari baiknya idemu dalam menyelesaikan masalah di studi kasus, jika tidak mempresentasikannya secara komunikatif maka orang-orang akan sulit memahami penjelasanmu.
Oleh karenanya, kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien diperlukan agar idemu dapat tersampaikan dengan jelas.
Baca Juga: Moon Ga Young dan Kim Seon Ho Ditawari Jadi Pemeran Utama Drama Korea ‘Link’
3. Siapkan jawaban yang gak peres namun persuasif
Sesi wawancara dalam masa perekrutan menjadi ajang untuk menunjukkan persona dirimu sekaligus meyakinkan HR.
Tidak jarang sesi ini malah menjadi ajang untuk melebih-lebihkan citramu yang berujung pada peres.
Pada dasarnya HR juga mampu mengidentifikasi orang-orang seperti itu.
Ketimbang menjadi seseorang yang peres dan terlalu melebih-lebihkan, tidak ada salahnya untuk jujur tentang siapa kamu.
Agar personamu lebih menonjol namun tetap terkesan alami, lagi-lagi kamu harus menekankan kemampuan berkomunikasi.
Untuk mengasahnya kamu dapat belajar dari siaran podcast atau YouTube, mengakses kursus daring dari berbagai platform, ataupun mengikuti webinar yang relevan.
Setelah membaca ini, sudah siapkah kamu menjadi pegawai Start Up impianmu?
Baca Juga: Pentingnya Survei Kebutuhan Pasar, Sebelum Membangun Bisnis Start Up