Sebagai contohnya, ketika seorang investor mengalami break event atau momen yang menyebabkan dirinya tidak menghasilkan sepeser pun dari investasi dalam setahun, maka bisa saja investor tersebut mendapatkan total angka prospek sebesar 40% di tahun keduanya.
Sehingga, angka prospek sebesar 11-12% hanya berfungsi sebagai rata-rata dalam menentukan hasil yang didapat oleh seorang investor melalui reksadana.