Muncul Virus Corona Varian Mu, Guru Besar FKUI: Ada Empat Langkah yang Harus Dilakukan

10 September 2021 21:04 WIB
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE, Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI.
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE, Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI. ( Humas FK UI)

Sonora.id - Baru-baru ini muncul varian baru virus corona yang kabarnya kebal terhadap vaksin.

Varian baru itu adalah virus corona varian Mu, atau dikenal sebagai B.1.621. Varian baru Mu ini ditambahkan dalam daftar pantauan WHO sejak 30 Agustus 2021 lalu dan telah dideteksi di 39 negara.

Mengapa terus muncul varian baru virus Covid-19 dan apa yang harus dilakukan?

Menurut Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indoensia, Profesor Doktor Tjandra Yoga Aditama, virus apapun, bukan hanya virus covid, akan selalu bermutasi dari waktu ke waktu.

Baca Juga: Antisipasi Varian Mu, Kemenkes RI Tingkatkan Kebijakan Karantina Internasional

“Virus, sebenarnya virus apapun juga bukan hanya virus covid, virus influenza atau virus macem-macem itu akan selalu mungkin saja bermutasi dari waktu ke waktu, ada mutasi baru varian baru. Ada yang nanya kok yang lain nggak pernah kedengaran, kok Covid selalu ada beritanya? Karena setiap hari kita pelototin Covid ini, kita kan nggak perhatiin virus-virus yang lain kan? Sehingga ketika ada pergerakan sedikit akan menjadi berita besar.” Kata Prof. Tjandra dalam wawancara dengan Radio Sonora Jumat (10/9/2021) pagi.

Profesor Tjandra menambahkan, sekarang ada varian Mu, tanpa bermaksud menakut-nakuti, barangkali nanti ada lagi yang lain.

Karena itu memang bagian dari kehidupan virus. Kalau ada varian baru, itu belum tentu berbahaya, bahkan sebagian besar tidak berbahaya, hanya saja terhadap sebagian kecil varian itu ada yang harus diwaspadai.

Ada lima hal yang harus diwaspadai, yaitu pertama, apa dampaknya terhadap penularan, kedua terhadap berat ringannya penyakit, ketika terhadap kemungkinan infeksi berulang, keempat terhadap diagnosis apakah PCR masih bisa dipakai, apakah antigen masih bisa digunakan, yang kelima apa dampaknya terhadap vaksin.

Baca Juga: Belum Kelar Delta, Kini Muncul Varian Virus Corona Mu yang Disebut Kebal Vaksin Covid-19

Sebagian besar mutasi virus tidak ada dampaknya

Menurut Profesor Tjandra World Health Organization-WHO, mengategorikan varian virus menjadi dua yaitu menjadi Varian of Concern (VoC) dan Varian of interest (VoI).

Apa bedanya, Kalau masuk dalam varian of concern itu ada bukti yang cukup untuk menjelaskan 5 hal itu atau sebagian dari 5 hal itu.

Makanya masuk VoC. Yang masuk dalam VoI adlah bila ada bukti ilmiah salah satu atau salah dua dari 5 hal itu.

“Kalau masih dalam VOI itu belum ada bukti ilmiah yang ini beginilah itu begitulah. Mu ini masuk dalam kategori VOI”, kata Prof. Tjandra.

Tetapi Indonesia tetap harus melakukan 4 langkah untuk mencegah penularan Mu dan varian lainnya, yaitu:

Baca Juga: Jubir RI untuk Penanganan Covid-19 Sebut Angka Kematian Akibat Corona di Agustus Masih Tinggi dari Juli

1. Meningkatkan Pemeriksaan Whole Genome Sequencing

Whole Genome Sequencing adalah teknik komprehensif menggunakan komputasi dan algoritma kopleks bioinformatika dalam proses pengurutan sekuens DNA suatu organisme untuk memberi informasi karakteristik organisme.

“Tadi pagi (10/9/2021) saya periksa Indonesia sudah memeriksa 6.000, India sudah 46.000, sedangkan Amerika serikat memeriksa 900.000. Walaupun Indonesia sudah meningkatkan jumlah pemeriksaan, tetapi ini harus terus dilakukan”, Prof. Tjandra menambahkan.

2. Menjaga Protokol Kesehatan dengan Sangat Baik

Ada atau tidak Mu di Indonsia, masyarakat Indonesia harus tetap waspada, yaitu terus menjaga protokol kesehatan 3 M dengan sangat baik, supaya tidak terjadi penularan dan untuk menjaga supaya tidak terjadi penyebaran di masyarakat.

“Kalau ada penularan di masyarakat dan itu jumlahnya banyak, maka bisa jadi vairan-varian baru bisa muncul", jelas Prof. Tjandra.

Baca Juga: Pakar Covid-19 Sebut Kasus Corona di Indonesia Bulan Agustus Turun 45% dari Bulan Sebelumnya

3. Test dan Tracing Harus Ditingkatkan

Testing dan tracing dengan menggunakan PCR atau tes Antigen harus ditingkatkan, terutama untuk mendeteksi mereka yang terpapar tetapi tanpa gejala.

“Kalau ada orang sakit dan ada gejala, tentu bisa kita isolasi, tetapi kalau di luar ada orang yang terpapar tetapi tidak ada gejala dan testnya tidak ditingkatkan, maka mereka bisa makin menularkan. Kalau kebetulan yang menular adalah varian Mu, kan makin repot lagi”, tambah Prof. Tjandra mengingatkan.

Baca Juga: Sebanyak 2.400 Mitra Gojek di Palembang Mendapat Vaksin Covid-19

4. Pengawasan Orang Yang Datang dari Luar Negeri

Profesor Tjandra memberikan catatan pada dua poin. Poin pertama, ketika mereka datang harus diperiksa dengan Whole Genome Sequencing.

Poin kedua, setelah mereka selesai karantina dan kembali ke rumahnya atau ke daerahnya, mereka harus dimonitor.

Bila ada keluhan seringan apapun, harus segera menjalani pemeriksaan menyeluruh.

Jangan dilepas begitusaja setelah karantina, supaya kalau ada sesuatu bisa dimonitor.

Ini harus dilakukan sambil menunggu bukti ilmiah apakah varian baru Mu ini berbahaya atau tidak.

Bukti ilmiah ada tidaknya varian Mu di Indonesia ini menjadi domain pemerintah.

Baca Juga: Baru 50 Persen Izin Orang Tua, Vaksinasi Siswa di Banjarmasin Lamban

Tetapi tidak mungkin pemerintah memeriksa sembilan ratus ribu sample kasus.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan masyarakat sebagai bentuk partisipasi.

Profesof Tjandra mengimbau kepada masyarakat untuk segera melaporkan ke satgas bila ada sesuatu yang mencurigakan, misalnya terjadi penularan cukup besar disuatu kantor atau wilayah.

Kemudian bila ada anak muda yang sehat walafiat, rajin berolahraga, tanpa komorbid dan sudah dua kali menjalani vaksin, tetapi tiba-tiba mengalami sakit berat sampai harus dibantu ventilator. Ini perlu dilakukan whole genome sequencing.

Baca Juga: Sulsel Belum Aman dari Covid-19, Epidemiolog Ingatkan Ancaman Varian Baru

Timbulnya varian baru virus ini terjadi karena ketika virus bereplikasi itu copy pastenya tidak sempurna.

Karena itu untuk mencegah terjadinya varian baru ini, penularan di masyarakat harus ditekan.

Masyarakat harus tetap disiplin pada protokol kesehatan.

“Kejadian di salah satu cafe yang sedang ramai kemarin adalah sebuah contoh dimana kita tidak menjaga protokol kesehatan, sehingga kemungkinan penularan dan copy paste virus terus terjadi", jelas Profesor Doktor Tjandra Yoga menutup wawancara pagi di Radio Sonora (10/9/2021).

Baca Juga: Pemkot Makassar Mewaspadai Varian Baru Covid-19 Bernama 'Mu'

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm