Berdasarkan stereotip yang berkembang di masyarakat, menangis merupakan perilaku yang mengindikasikan kelemahan terlebih apabila laki-laki yang melakukannya.
Dengan adanya anggapan bahwa menangis itu berarti lemah, banyak laki-laki yang secara tidak sadar membangun ketidakstabilan mental yang membuat mereka menjadi mati rasa karena mereka harus menekan rasa sedih yang sedang mereka alami.
Selain itu, menekan perasaan untuk tidak disalurkan juga membuat laki-laki cenderung melakukan bunuh diri.
Hal ini dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh American Foundation for Suicidal Prevention pada tahun 2019.
Baca Juga: Bukan Budaya Biasa: K-Pop sebagai Produk Budaya yang Mengkritik
Data dari riset tersebut menunjukan bahwa tingkat bunuh diri pada laki-laki terjadi sebanyak 3.63 kali lebih sering dibandingkan perempuan akibat dari ketidaksanggupan dalam mengekspresikan perasaan.
Padahal, laki-laki juga merupakan manusia yang memiliki hati dan emosi sehingga tidak ada salahnya bagi mereka untuk mengekspresikan perasaan yang sedang mengganggu suasana hatinya.
Patriarki Juga Membatasi Laki-Laki dalam Memilih Sesuatu
Selain secara emosional, patriarki juga membatasi laki-laki dalam hak untuk memilih hal-hal yang mereka suka dan cintai.
Dalam ruang lingkup masyarakat, maskulinitas sangat dijunjung tinggi dibandingkan feminitas sehingga beberapa kegiatan yang bersifat domestik seperti memasak, mengurus anak, dan membersihkan rumah dinilai akan sangat aneh untuk dilakukan oleh laki-laki.
Selain itu juga, kegiatan seperti menari pun dinilai tidak pantas untuk dilakukan oleh laki-laki karena kegiatan tersebut tidak menunjukkan sisi maskulin yang seharusnya dimiliki oleh lelaki.
Lebih parahnya lagi, laki-laki yang menari sering kali dicap sebagai banci.
Baca Juga: Drakor 'Racket Boys' Dianggap Merendahkan Indonesia, SBS Dituntut Minta Maaf
Hal ini...