Sonora.ID – Dalam kehidupan masyarakat, terdapat beberapa sistem sosial yang mengatur jalannya suatu hubungan komunikasi antara individu dengan individu lainnya mau pun kelompok.
Salah satu dari sistem sosial tersebut adalah patriarki.
Patriarki yang berpihak kepada laki-laki menyebabkan sebuah perilaku diskriminasi muncul dan merugikan para perempuan yang dianggap lemah dalam masyarakat.
Perempuan kerap kali tertindas akibat adanya patriarki yang memberikan sebuah dominasi kepada laki-laki dalam bersikap, sehingga perempuan selalu menjadi pihak yang termarginalisasikan.
Baca Juga: Demi Lovato Sebut 'Patriarki' Menahannya untuk Menjadi Seorang Non-Biner
Patriarki yang memberikan kekuatan dominasi dan privilege terhadap kaum laki-laki tentu membuat mereka dapat menjalani hidup lebih mudah tanpa adanya sebuah opresi yang mengacam kehadiran di lingkup masyarakat.
Namun, jika dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, ternyata laki-laki juga merupakan korban dari sistem sosial yang telah ada sejak dahulu kala ini.
Patriarki Merugikan Laki-Laki secara Emosional
Mungkin masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa patriarki yang berpengaruh sangat kuat dalam kehidupan masyarakat ternyata melukai laki-laki dari segi emosional dan perasaan yang mereka miliki sebagai manusia.
Wujud nyata dari luka laki-laki secara emosional dan perasaan dapat dilihat melalui konsep maskulinitas yang melarang laki-laki untuk menangis.
Baca Juga: Peran Srikandi PLN Dalam Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
Berdasarkan stereotip yang berkembang di masyarakat, menangis merupakan perilaku yang mengindikasikan kelemahan terlebih apabila laki-laki yang melakukannya.
Dengan adanya anggapan bahwa menangis itu berarti lemah, banyak laki-laki yang secara tidak sadar membangun ketidakstabilan mental yang membuat mereka menjadi mati rasa karena mereka harus menekan rasa sedih yang sedang mereka alami.
Selain itu, menekan perasaan untuk tidak disalurkan juga membuat laki-laki cenderung melakukan bunuh diri.
Hal ini dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh American Foundation for Suicidal Prevention pada tahun 2019.
Baca Juga: Bukan Budaya Biasa: K-Pop sebagai Produk Budaya yang Mengkritik
Data dari riset tersebut menunjukan bahwa tingkat bunuh diri pada laki-laki terjadi sebanyak 3.63 kali lebih sering dibandingkan perempuan akibat dari ketidaksanggupan dalam mengekspresikan perasaan.
Padahal, laki-laki juga merupakan manusia yang memiliki hati dan emosi sehingga tidak ada salahnya bagi mereka untuk mengekspresikan perasaan yang sedang mengganggu suasana hatinya.
Patriarki Juga Membatasi Laki-Laki dalam Memilih Sesuatu
Selain secara emosional, patriarki juga membatasi laki-laki dalam hak untuk memilih hal-hal yang mereka suka dan cintai.
Dalam ruang lingkup masyarakat, maskulinitas sangat dijunjung tinggi dibandingkan feminitas sehingga beberapa kegiatan yang bersifat domestik seperti memasak, mengurus anak, dan membersihkan rumah dinilai akan sangat aneh untuk dilakukan oleh laki-laki.
Selain itu juga, kegiatan seperti menari pun dinilai tidak pantas untuk dilakukan oleh laki-laki karena kegiatan tersebut tidak menunjukkan sisi maskulin yang seharusnya dimiliki oleh lelaki.
Lebih parahnya lagi, laki-laki yang menari sering kali dicap sebagai banci.
Baca Juga: Drakor 'Racket Boys' Dianggap Merendahkan Indonesia, SBS Dituntut Minta Maaf
Hal ini ditunjukkan melalui banyaknya respon negatif yang diberikan masyarakat umum terhadap boy group ketika mereka tampil pada layar kaca.
Pada kenyataannya, kegiatan menari tidak memiliki sebuah keterikatan terhadap sexual preference seseorang.
Menari hanyalah sebuah bakat yang dapat dilakukan dan diasah oleh siapapun termasuk laki-laki yang memang memiliki keinginan untuk mengekspresikan dirinya melalui sebuah koreografi.
Tidak ada suatu batasan tertentu bagi tiap-tiap gender untuk bisa memilih apa yang mereka sukai.
Laki-Laki Harus Melawan Patriarki
Tidak hanya perempuan, tetapi laki-laki juga harus berpartisipasi untuk bisa menciptakan kehidupan masyarakat dengan sistem sosial yang adil.
Karena, sistem sosial yang adil tidak hanya menguntungkan para perempuan, tetapi hal tersebut juga memberikan banyak benefit bagi laki-laki dalam menjalani hari.
Sebagai contohnya, negara-negara di Eropa Utara dengan tingkat keadilan sosial yang tinggi membuat laki-laki mendapatkan kualitas tidur yang baik, tanpa harus merasakan kekhawatiran berlebih akibat tuntutan sebagai pihak dominan.
Hal itu juga menunjukkan, sistem sosial yang adil dapat membantu laki-laki untuk bisa memperhatikan keadaan dirinya lebih baik lagi sehingga tingkat stres dapat menurun.
Oleh karena itu, partisipasi laki-laki dalam melawan dan mengatasi patriarki sangat dibutuhkan.
Laki-laki dapat membantu para wanita dalam melawan sistem patriarki melalui gerakan feminisme.
Gerakan feminisme ini memang muncul sebagai bentuk perlawan dari perempuan untuk bisa mendapatkan dan merain kehidupan bermasyarakat yang adil, tanpa adanya diskriminasi baik secara perlakuan atau pun seksual.
Dengan tujuannya tersebut, maskulinitas seorang laki-laki tidak akan pudar bahkan menghilang hanya karena mereka mendukung gerakan tersebut.
Percayalah, merealisasikan sistem sosial yang adil bagi kedua gender merupakan suatu kegiatan yang dapat membawa perubahan dalam menjalani kehidupan di masyarakat untuk bisa hidup secara berdampingan dengan baik.