Sonora.ID - Menyembuhkan penyakit kanker pada anak memang bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan oleh para dokter.
Hingga saat ini, persentase kesembuhan penyakit kanker pada anak pun masih berada di angka 50%.
Angka ini menujukkan bahwa Indonesia masih cukup tertinggal dibandingkan oleh negara-negara maju yang sudah dapat menyentuh persentase sebesar 80-90% dalam penyembuhan penyakit kanker pada anak.
Lalu, hal apa yang sebenarnya menjadi hambatan sehingga persentase kesembuhan masih berada di tingkat 50%?
Melalui acara Sonora Talkshow bersama Yayasan Kanker Anak Indonesia (YKAI) yang ditayangkan pada YouTube Sonora FM, dr. Haridini Intan Setiawati, Sp. A[K]., tanggapi hal tersebut dengan menjelaskan beberapa hambatan yang dialami oleh para dokter dalam menangani kanker pada anak.
Intan menjelaskan bahwa sistem rujukkan pada rumah sakit terkadang masih bergerak secara lambat. Sehingga, hal tersebut sering membuat penanganan menjadi terlambat untuk dilakukan.
Dokter Spesiaslis dan Konsultan Anak ini juga mengungkapkan bahwa masih ada anggapan-anggapan seperti 'anak kecil masa dikemoterapi?' atau 'pengobatan alternatif lebih baik' di dalam kehidupan masyarakat.
Hal tersebut tentu merugikan bagi sang anak yang memang harus segera ditangani oleh para dokter.
Baca Juga: Penyebab Kanker Serviks, Dokter: Laki-laki juga Harus Vaksin HPV, karena…
Selain dari dua hal tersebut, proses diagnosa kanker pun masih belum sempurna untuk dilakukan di negara ini.
Menurut penuturan Intan, diagnosa pada fasilitas kesehatan tahap 1 hingga 2 belum memiliki pemeriksaan penunjang yang baik.
Sehingga, pemeriksaan penunjang ini harus menjadi sebuah concern yang diprioritaskan agar proses diagnosa dapat dilakukan dari hulu ke hilir.
"Supaya kita ngobatinnya dari hulu ke hilir, bukan sampai ke center udah dalam keadaan berat," ungkap Dokter Spesialis dan Konsultan Anak saat menjadi narasumber di Sonora Talkshow.
Pandemi juga turut andil menjadi penghambat dalam penanganan kanker pada anak.
Berdasarkan perkataan Intan, penderita kanker anak bisa saja mendapatkan rujukkan ke rumah sakit yang tidak berada di dalam kota tempat ia tinggal.
Ini menyebabkan si penderita harus mengeluarkan ongkos lebih karena beberapa akses kendaraan ditutup selama pandemi. Sehingga, penanganan kanker pada anak pun sering tertunda.
Baca Juga: Kanker Terjadi karena Faktor Keturunan? Simak, Ini Jawaban Dokter