Bertandang ke Tanah Banjar, bagai orang-orang Eropa layaknya mengunjungi Venesia.
Jika kota maritim di negeri Italia itu terkenal dengan gondolanya, maka Borneo di era tempo dulu memiliki perahu yang tak kalah indah bernama jukung tambangan.
"Apalagi dilengkapi pasar terapung (floating markets) yang sudah ada sejak 400 tahun yang lalu," tambahnya lagi.
Dalam perkembangannya, Banjarmasin sebagai simbol venesia sayangnya memudar. Sungai-sungai yang dulu membelah bagian kota, sekarang berubah menjadi daerah pemukiman penduduk.
Baca Juga: Kejar Target Vaksinasi Banjarmasin Demi Bebas dari PPKM Level IV
Meskipun sungai-sungai masih ada, tapi kondisinya sangat memprihatinkan karena berbagai faktor.
"Sekarang kondisinya kotor, tercemar dengan limbah keluarga, timbunan sampah, limbah industri, tersumbat sampah, dan sebagainya," sesalnya.
Selain itu, sungai-sungai tidak dapat difungsikan lagi sebagaimana mestinya. Seperti untuk menampung air hujan, sarana transportasi, atau bahkan untuk kepentingan rekreasi (wisata sungai).
"Sekarang muncul titik terang ketika di masa kepemimpinan Wali Kota, Ibnu Sina selama dua periode mulai menggaungkan “Kembali ke alam” (back to nature) atau “kembali ke sungai” (back to river) dengan normalisasi sungai," harapnya.