Banjarmasin, Sonora.ID - Tak bertahan lama, keberaeaan Pasar Terapung Muara Kuin kini perlahan mulai meredup.
Alhasil, pedagang pun harus memutar otak guna mencari inovasi baru agar bisa tetap berjualan untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari.
Disisi lain, peringatan Hari Jadi ke-495 Kota Banjarmasin dengan berziarah ke makam Sultan Suriansyah, di seberang lokasi makam Raja Banjar pertama itu ada sebuah pemandangan yang menarik perhatian.
Terlihat sebuah jukung (perahu kecil, red) yang panjangnya hampir dua meter. Jika pada umumnya moda transportasi ini berada di sungai, kali ini justru berada di daratan.
Baca Juga: Konflik Baliho Bando A. Yani, APPSI Berharap Pemko Berubah Pikiran
Jukung itu dibuat lengkap dengan atapnya. Tampilannya cukup mencolok, lantaran jukung itu hanya bisa berjalan apabila didorong.
Fahrul, pemilik jukung itu sengaja menggantinya dengan ban roda, yang posisinya berada persis di bawah lambung jukung.
Kemudian ada satu tiang besi juga di bawah lambung jukung itu. Posisinya di bagian depan jukung. Kegunaannya jadi tumpuan, agar jukung bisa berdiri sempurna ketika berhenti didorong.
"Kalau mau jalan, cukup tarik tali ini. Tiang besi pun masuk ke dalam badan jukung. Tinggal dorong lagi," ucapnya, saat ditemui Smart FM Banjarmasin, Jumat (24/09) pagi.
Fahrul tampak asyik menjajakan buah-buahan. Ada nanas, pisang, rambutan, jeruk, hingga kecapi. Ada pula kerajinan tangan, berupa miniatur pedagang Pasar Terapung.
Jauh sebelum membuat jukung dorong, Dituturkan Fahrul, tak kurang 20 tahun dirinya berdagang di Pasar Terapung Muara Kuin.
Tiap hari, Ia mengayuh jukung dari rumahnya di kawasan Jalan Pangeran, menuju Muara Kuin, membawa dan menyajikan ragam buah-buahan, lalu menawarkannya kepada para wisatawan.
Namun kini, seiring berjalannya waktu, pamor Pasar Terapung Muara Kuin kian meredup. Banyaknya pedagang tak sebanding dengan banyaknya pengunjung.
Baca Juga: Ratusan Acil Jukung Pasar Terapung Dikenalkan Transaksi Digital
Saat itulah, Ia juga memutuskan untuk berjualan di darat. Tujuannya tentu agar dagangan yang dijajakannya cepat laku.
Agar tidak menghilangkan ciri khas Pasar Terapung, gerobak dorong itu pun diubah bentuknya menjadi jukung.
"Jukung ini rampung dibuat sejak awal tahun tadi. Tepatnya, ketika banjir melanda sebagian wilayah di Kota Banjarmasin," jelas pria 55 tahun itu.
"Dibuat sewaktu senggang saja dan ketika ada rezeki lebih. Sekarang, kalau saya ingin berjualan di air, saya tinggal pakai jukung beneran. Kalau di darat, saya pakai jukung yang ini," tambahnya.
Meski demikian, Fahrul mengaku masih berjualan di Pasar Terapung Muara Kuin. Hanya saja, tak sesering dulu. Dalam sepekan, hanya satu atau dua kali. Tepat di akhir pekan.
"Lebih banyak berkeliling dengan jukung dorong ini. Hampir tiap hari, dari pagi sampai jam 4 sore," ungkapnya.
Lantas, bagaimana kondisi pasar Terapung Muara Kuin sekarang?
Baca Juga: Pembangunan Dermaga Bongkar Muat Jukung 16 Ilir Palembang Ditargetkan Selesai Akhir 2020
Menurut penuturan salah seorang warga setempat, Fudail kondisinya sudah tak seramai dulu.
Ia menyebut, kendala yang dialami pedagang sama seperti yang terjadi di Pasar Terapung Muara Kuin. Yaitu sepi pembeli.
"Hasilnya, para pedagang lebih memilih berjualan di Pasar Terapung di kawasan Siring Piere Tendean, atau kembali ke Pasar Terapung Muara Kuin," ungkap, pria 25 tahun itu.