Sekolah Jenjang SD di Makassar Diberi Pendampingan Manajemen Mensturasi

25 September 2021 16:45 WIB
Diskusi publik bahas isu seputar manajemen kebersihan menstruasi (MKM) di sekolah dasar (SD) Makassar
Diskusi publik bahas isu seputar manajemen kebersihan menstruasi (MKM) di sekolah dasar (SD) Makassar ( Sonora.ID)

Makassar, Sonora.ID - Sekolah jenjang SD diberi pendampingan dalam program manajemen kebersihan menstruasi (MKM).

Bentuknya, diskusi publik untuk memfasilitasi ruang berbagi informasi ke publik. Berlangsung di hotel pesonna, jalan mappanyukki, Sabtu (25/9/2021).

Terselenggara atas kerjasama Yayasan Lembaga Mitra Ibu dan Anak (LemINA) dan Dinas Pendidikan Makassar. Didukung dana HEF dari kedutaan besar New Zealand.

Tim LemINA, Nurfitriana Majid mengatakan terpilih 20 SD di Makassar untuk diberikan pendampingan dalam program yang telah berjalan sejak November 2020 lalu.

Baca Juga: Forum Diskusi, Cara Wali Kota Respon Sorotan Program Makassar Recover

"Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian berbagai pihak terhadap isu menstruasi dan MKM untuk hak hidup anak perempuan yang lebih sehat," ujarnya dalam keterangan yang diterima.

Dia menyebutkan tiga keterbatasan yang menyebabkan lingkungan sekolah dan madrasah belum optimal dalam melaksanakan MKM. Diantaranya, minimnya akses informasi mengenai cara mengelola kebersihan menstruasi, terbatasnya pengetahuan guru dan orang tua serta terbatasnya sarana sanitasi yang layak di sekolah.

LemINA juga telah menggelar diskusi kelompok terfokus beberapa waktu yang lalu. Khusus pada siswa perempuan kelas 4,5 dan 6 yang sudah mensturasi di 20 SD Makassar.

Baca Juga: Dimasa Pandemi, Wagub Cok Ace Semangati Para Pelaku Wisata Karangasem

Hasilnya, hanya 57 persen siswa yang melakukan frekuensi ganti pembalut sesuai dengan standar praktik MKM yang dianjurkan yaitu 4 sampai 5 jam dan hanya 9,2 perse siswa yang tahu alasan mengganti pembalut dari segi kesehatan.

Begitupun dengan cara membuang pembalut, hanya 48 persen siswa membuang pembalut sesuai standar yakni membungkusnya dengan plastik atau kertas kemudian dibuang ke tempat sampah dan hanya 36 persen siswa yang tahu cara mengatasi masalah tembus saat mentruasi.

Pengetahuan siswa perempuan yang belum menstruasi dan siswa laki laki terkait apa yang harus dilakukan ketika melihat temannya yang tembus juga masih sangat terbatas.

Hasil diskusi yang sama menunjukkan hanya 7.7 persen siswa laki laki dan 11.4 persen siswa perempuan yang tahu akan pentingnya menghormati teman mereka yang sedang menstruasi. Dengan cara menawarkan bantuan untuk membelikan pembalut, tidak mengejek, merundung (bulhing) atau menyarankan temannya untuk menutupi rok atau celana yang terkena darah mentruasi dengan tas atau jaket.

Baca Juga: Gelar Diskusi Pemenuhan Hak Disabilitas, Masih Perlu Sinergitas Agar Optimal

Pengetahuan dan praktik MKM siswa yang terbatas bisa memberikan dampak pada masalah pendidikan dan munculnya masalah kesehatan seksual dan reproduksi.

Untuk mengatasi masalah tersebut, sebanyak 1.891 siswa perempuan dan laki laki diberikan edukasi MKM. Saat edukasi, siswa diajarkan berbagai materi terkait seputar MKM oleh guru di masing masing sekolah.

Selain itu, LemINA menyediakan akses informasi dalam bentuk media komunikasi seperti buku komik dan cerita, stiker, poster, video dan powch pembalut sebagai strategi komunikasi yang menarik dan mudah dipahami oleh anak.

Baca Juga: Universitas Ngurah Rai Gelar Diskusi Urgensi Amandemen Terbatas PPHN Untuk Kesinambungan Pembangunan  

Peran guru dan orang tua sangatlah penting sebagai sumber informasi yang paling banyak dijadikan rujukan oleh anak terkait menstruasi.

Namun guru dan orang tua tidak selalu memberikan informasi yang akurat dan menyeluruh

"Akibat ketidaktahuan dan kurangnya informasi yang benar, banyak stigma, mitos dan kepercayaan dan miskonsepsi terkait menstruasi misalnya larangan keramas, berolahraga, minum air es, makan daging dan buah tertentu saat menstruasi," jelasnya

Oleh karena itu, Untuk meningkatkan kualitas informasi terkait menstruasi dan MKM pada guru dan orang tua, LemINA melaksanakan workshop MKM dengan melibatkan 235 guru dan 250 orang tua siswa di 20 SD penerima manfaat program.

Baca Juga: Mensos Risma Gandeng ITS Bahas Rumah Tahan Bencana

Akses sanitasi di sekolah juga berdampak signifikan terhadap peningkatan kesehatan dan dan berkontribusi pada meningkatnya angka partisipasi sekolah.

Penyediaan Menstrual Hygiene Management Kit (Paket Kebersihan Menstruasi) untuk 20 SD penerima manfaat dapat menjadi dukungan untuk siswa perempuan agar bisa menghadapi menstruasi dengan bersih, nyaman dan aman di sekolah.

Paket kebersihan menstruasi terdiri dari 1004) paket pembalut, 20 lemari penyimpanan pembalut, 20 tempat sampah, 20 cermin, dan 40 poster edukasi untuk disimpan di toilet siswa perempuan.

Dibutuhkan keterlibatan semua pihak untuk ikut serta mendukung tumbuh kembang anak-anak. Program MKM adalah langkah awal yang menyasar sebagian kecil sekolah dasar di Kota Makassar.

Peran aktif dan kerjasama sekolah, komunitas, media, organisasi masyarakat, dan lembaga pemerintah menjadi jalan untuk mendukung lebih banyak Jagi anak perempuan untuk meningkatkan kualitas informasi, akses informasi dan sarana sanitasi MKM.

Baca Juga: Cegah Konflik Kebahasaan di Medsos, Balai Bahasa Kalsel Gelar Diskusi Kelompok Terpumpun

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm