Sonora.ID - Dewasa ini, berbagai perusahaan rintisan (startup) teknologi kian lahir dengan fokus yang semakin beragam.
Mulai dari jasa penyedia transportasi, situs berbelanja, perbankan, akomodasi, agrikultur, dan lainnya.
Seperti yang umum disaksikan, perusahaan rintisan teknologi berlomba-lomba menghadirkan inovasi, baik secara langsung kepada konsumen maupun sesama bisnis.
Ada banyak ide yang kemudian berhasil dikembangkan menjadi perangkat lunak (software).
Baca Juga: Penerapan Ekonomi Syariah Meningkat di Indonesia, Ini Kata Pakar Perencanaan Ekonomi!
Walau berhasil mencapai angka unduh yang signifikan, banyak perusahaan rintisan yang tidak berhasil memelihara angka tersebut pada bulan atau tahun berikutnya.
Di kasus lain, ada pula perusahaan rintisan yang begitu fokus menggencarkan pemasaran, akan tetapi tidak kunjung mendapat hasil yang sesuai harapan.
Sejatinya, bentuk-bentuk kegagalan tersebut adalah hal yang umum ditemui oleh setiap perusahaan rintisan (startup).
Namun, kegagalan seperti apa yang seharusnya diantisipasi serta bagaimana cara belajar dari kegagalan tersebut?
Baca Juga: Pemilik Usaha Wajib Paham dengan 5 Keterampilan Fundamental UMKM Ini!
Doni Priliandi, Founder sekaligus CEO dari Happy5, membagikan pengalamannya dalam menghadapi hingga mengatasi kegagalan saat menciptakan produk dalam episode ke-3 siniar (podcast) OBSESIF.
Terlalu banyak asumsi
Dalam pandangan Doni, salah satu faktor utama dari kegagalan sebuah produk adalah minimnya riset pada pasar yang dituju.
Dapat dikatakan, langkah-langkah yang diambil pada pengembangan produk tidak berdasarkan data, melainkan asumsi semata.
Ada istilah yang menyatakan, “jangan jatuh cinta produk sendiri” sebab ketika terlalu fokus dan puas produk yang kita ciptakan, kita akan mengabaikan faktor yang lebih penting seperti kebutuhan klien.
Pada dasarnya, tanpa ada konsumen yang menggunakan produk kita, maka produk tersebut tidak akan berarti apa-apa.
Baca Juga: Kiat Startup Dalam Bertahan Ditengah Pandemi Covid-19
Sementara itu, ketika produk lahir dari sebuah permasalahan yang nyata dan dikembangkan berdasarkan umpan balik (feedback) para penggunanya, maka produk tersebut akan mudah disukai oleh lebih banyak orang.
Gagal kecil versus gagal besar
Kegagalan adalah makanan sehari-hari bagi para perintis usaha.
Namun, penting untuk mengukur seberapa besar potensi kerugian yang akan disebabkan oleh setiap kegagalan.
Doni mencontohkan gambaran kegagalan masif: sebuah perusahaan yang terlalu percaya diri pada produk ciptaannya.
Alih-alih memerhatikan kebutuhan pasar dan menonjolkan unique selling proposition-nya, ia bergegas memasarkan produk dengan melibatkan jumlah dana yang signifikan.
Baca Juga: Sering Gagal Dalam Berbisnis ? Ikuti Cara Pakar Atasi Perang Harga
Ketika hasil yang diterima tidak linear dengan biaya yang besar tersebut, maka itu adalah kegagalan yang masif.
Oleh karena itu, ujar Doni, pilihlah kegagalan yang kecil. Mulailah dengan eksperimen kepada lingkup yang kecil terlebih dahulu.
Hindari mengejar angka karena jika sebagian kecil dari pasar yang dituju tidak menyukai produknya, maka apa kabar dengan populasi yang lebih besar?
Dari eksperimen kecil tersebut, kita dapat melihat apakah produk kita dapat memberikan nilai (value) atau memecahkan permasalahan mereka.
Manfaat kegagalan
Kendati menjadi sesuatu yang sangat dibenci dan dihindari, ternyata kegagalan juga menyimpan manfaat. Bagaimana menilai manfaat dari kegagalan yang kita alami?
Baca Juga: CEO Tokopedia Ungkap Dua Hal yang Bikin Pengusaha Gagal Bangun Bisnis
Kegagalan dapat disebut membawa manfaat apabila kita mampu mengambil pelajaran darinya.
Apabila kita tahu produk kita mengalami penurunan angka pengguna yang signifikan, cari tahu akar permasalahannya.
Lakukan evaluasi dua sisi, yakni kepada orang yang masih menggunakan dan tidak lagi menggunakan produk.
Ulik mengapa ia masih menggunakan dan mengapa yang lainnya memutuskan untuk berhenti?
Melalui jawaban tersebut, kita dapat menentukan langkah apa yang harus diambil terhadap pengembangan produk kita.
Apabila kamu ingin mendengarkan bincang-bincang seputar bahasan ini secara lebih lengkap, kamu dapat mendengarkan siniar OBSESIF season tiga, episode ketiga, Doni Priliandi: How to Build A Product that People Love. Doni akan berbagi pengalamannya dalam menciptakan produk yang solutif dan diapresiasi pengguna.
Dengarkan di Spotify, Google Podcast, Apple Podcast, atau platform pemutar audio favorit Anda lainnya. Klik ikon di bawah untuk mendengarkan dan belajar bersama!
Baca Juga: Ingin Investasi Saham sejak Dini? Pahami 3 Langkah Berikut Ini!