Jakarta, Sonora.ID - Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan rata-rata penurunan angka prevalensi stunting di Indonesia harus mencapai 2,7 persen setiap tahunnya agar dapat mencapai target 14 persen pada 2024.
Dalam sebuah diskusi virtual, ia menjelaskan bahwa saat ini prevalensi stunting nasional menunjukkan tren penurunan.
Berdasarkan data yang dimiliki kementerian kesehatan, prevalensi stunting di tahun 2019 adalah mencapai 27,7 persen.
Namun, angka tersebut masih jauh dari target pemerintah dalam RPJMN 2020-2024 yang menargetkan angka prevalensi stunting dapat turun menjadi 14 persen di 2024.
Baca Juga: Wapres Maruf Amin Sebut Vaksinasi Jadi Salah Satu Cara Menuju Endemi
“Prevalensi stunting saat ini menunjukkan tren yang menurun untuk mencapai target 14% pada tahun 2024 maka rerata penurunan stunting harus mencapai sekitar 2,7% setiap tahunnya,” kata Wamenkes Dante Saksono Harbuwono secara daring, Selasa (28/09/2021).
Sementara itu, Dante menyebutkan berdasarkan data di tahun 2019, hampir 50 persen provinsi di Indonesia masih memiliki prevalensi stunting diatas 30%, beberapa contohnya adalah Nusa Tengara Timur yang mencapai 43,8 persen, Sulawesi Barat 40,4 persen, Nusa tenggara Barat 37,9 persen.
Oleh karena itu, agar target dapat tercapai, menurutnya dibutuhkan pendekatan yang komprehensif, tidak hanya secara teknis mengenai persoalan kesehatan saja, namun juga kerjasama lintas departemen dan lembaga.
Baca Juga: Warga yang Tidak Bisa Akses PeduliLindungi Bisa Pakai Bukti Vaksin Untuk Mengakses Tempat Publik
Strategi khusus juga diperlukan untuk menangani stunting pada balita khususnya di Indonesia bagian Timur.
Kementerian kesehatan telah menetapkan 369 Kabupaten/Kota sebagai lokus intervensi stunting pada tahun 2021 dan 514 Kabupaten/Kota pada tahun 2022.
Selain itu, kementerian kesehatan juga telah merancang 9 target intervensi spesifik yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2024.
Beberapa target tersebut antara lain, pertama, pada 2024 sebanyak 80 persen bayi yang berusia dibawah 6 bulan harus mendapatkan ASI eksklusif, 80 persen anak usia 6-23 bulan mendapatkan MP-ASI, 90 persen anak balita gizi buruk mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk, 80 persen anak balita dipantau pertumbuhan dan perkembangannya, 90 persen anak balita gizi kurang mendapatkan tambahan asupan gizi, dan 90 persen anak balita mendapat imunisasi dasar lengkap.
Indikator capaian lainnya adalah pada tahun 2024, 58 persen remaja putri mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD). Tidak hanya remaja putri, kementerian kesehatan juga menargetkan 80 persen ibu mengkonsumsi TTD minimal 90 tablet.
“Remaja putri yang mengkonsumsi tablet tambah darah itu ditargetkan 58% thn 2024. Kenapa remaja putri? Karena salah satu penyebabnya stunting adalah karena anemia pada saat kehamilan,” jelasnya.
Baca Juga: Wapres Maruf Amin Targetkan Penyelesaian Kemiskinan Ekstrem di 7 Provinsi