Jika pemasukan sudah diketahui akan berkurang, maka pengeluaran pun harus ditekan.
Selain itu, catatan kekayaan yang dimaksud berupa identifikasi kepemilikan akan tabungan, reksa dana, dan aset lainnya.
Jika belum memiliki dana darurat, maka tabungan atau aset yang ada harus dialokasikan sebagai dana darurat.
“Kalau bisa dana darurat ini mampu mengakomodir kebutuhan 12 bulan atau memasok dana darurat dirincikan untuk 12 bulan,” tambahnya.
Baca Juga: 4 Tips Memulai Bisnis Kuliner untuk Pemula ala Lookalkitchen
Kedua, kamu perlu memperhatikan kapabilitas aset
Poin utamanya adalah kamu perlu mempertimbangkan apakah aset yang ada mampu secara utuh menutup seluruh tagihan utang.
Hal ini penting, utamanya bagi kamu yang memiliki utang tanpa adanya asuransi layaknya KPR.
Jenis utang ini biasanya ditimbulkan dari transaksi kredit atau kata lainnya adalah utang yang bersifat konsumtif.
Dengan adanya risiko kesehatan bahkan tutup usia, Teguh menyarankan agar kamu segera membuka asuransi kesehatan guna memitigasi risiko penyakit namun di satu sisi, utang-utangmu tetap dapat terbayar.
Baca Juga: Intip Kegiatan Bisnis D'Masiv di Tengah Jadwal yang Kosong, Penasaran?
Ketiga, pertimbangkan BPJS Kesehatan
BPJS kesehatan termasuk asuransi yang tergolong murah.
“Paling tidak kita harus memiliki mitigasi risiko kalau kita sakit,” ujar Teguh.
Biasanya, penyakit selain Covid-19 tidak mendapatkan keringanan biaya sehingga ini berdampak buruk bagi kamu yang memang sedang dilanda krisis finansial.
Kehadiran BPJS Kesehatan sekiranya mampu menutupi beban-beban kesehatan tersebut dan kamu juga tetap dapat menyimpan tabunganmu.