P3E Sulawesi Maluku Ajak Warga Raup Untung Lewat Budidaya Maggot

6 Oktober 2021 11:10 WIB
Talkshow Smart Eco Life, bersama P3E Sulawesi Maluku
Talkshow Smart Eco Life, bersama P3E Sulawesi Maluku ( Sonora.ID)

Makassar, Sonora.ID - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Pusat pengendalian pembangunan ekoregion Sulawesi dan Maluku (P3E Suma) berupaya mengubah paradigma masyarakat.

Terutama sungai yang merupakan aset yang perlu dijaga. Lantaran dianggap sebagai sumber kehidupan dan peradaban.

Seperti dalam pandangan kapus P3E Suma, Darhamsyah saat mengisi siaran talkshow Smart FM Makassar bertajuk smart eco life.

"Peradaban di hampir seluruh belahan dunia dibangun dari sungai. Pola itu berlanjut dimana ada sungai disitu ada peradaban, sehingga merawat sungai maka merawat peradaban," ujarnya, Selasa (5/10/2021).

Baca Juga: Wamen LHK Kagumi Keindahan Tahura Sultan Adam di Kalimantan Selatan

Dialog membahas peningkatan partisipasi masyarakat dalam menjaga sungai. Beragam upaya telah dilakukan, seperti program budi pdaya maggot, pelatihan eceng gondok jadi kerajinan dan lainnua.

"Jadi warga dilatih untuk buat tikar dari bahan pandan yang dikaitkan sosial ekonomi. Tentu banyak hal lain untuk menjaga pelestarian sungai, ada penghasilan dari situ. Solusi yang kita tawarkan bukan teknis, inovasi sosio tekno," jelasnya.

Dia menyebutkan tiga bagian kerja P3E, diantaranya mengintegrasikan instrumen perencanaan mengendalikan dampak lingkungan, bagaimana melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkugan dan evaluasi capaian strategis sasaran.

"Sungai bagian dari kerja kami, bagaimana pengendalian agar tidak tercemar," sambungnya.

Baca Juga: Kementerian LHK Nyatakan Siap Bantu Penanganan Banjir di Kalsel

Hadir juga sebagai narasumber Mery Hadriyani Chairuddin selaku kepala bidang evaluasi dan tindak lanjut pengelolaan SDA dan LH.

Dia memaparkan cara mengukur kualitas sungai, salah satunya dengan alat Ph meter untuk mengetahui tingkat keasaman.

"Menentukan itu, harus hati-hati ada 33 parameter kunci teses lumpur, bod, oksigen terlarut, ph keasaman dan sebagainya," ucapnya.

Pengambilan sampel di beberapa titik, dianggap belum mewakili kondisi sungai secara keseluruhan.

Baca Juga: Terkait Banjir di Kalsel, Ini Rekomendasi dari Kementerian LHK

"Masing masing berbeda status mutunya, jado kita mengambil hulu hilir belum bisa mewakili kondisi sungan sepanjang puluhan kilometer," tambahnya.

Dia menjelaskan program budidaya maggot sebagai bentuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian sungai.

"Paradigma saat ini, sungai dijadikan tempat buang sampah warga seperti yang kita lihat. Padahal itu saluran drainase alamiah dan aset, sumber air, bisa fungsi eko wisata yang mesti jaga," ungkapnya.

lhkBaca Juga: Pengumunan Adipura Ditunda, Pemprov Kalsel Tetap Pantau Kebersihan

Melalui pembentukan kelompok masyarakat yang bermukim di pinggiran sungai.

"Ternak magot, berawal dari telur blacksoldier kemudian metamorfosis dan berubah menjadi lalat dewasa. Tergantung 60 hari bisa dipanen,"

"Itu mengkonsumsi sampah organik. Hewan rakus bisa mengkonsumsi sampai 1 kg sampah," jelasnya.

Mereka dilatih beternak maggot. Disebut memiliki banyak manfaat, seperti untuk pakan ternak dan mengurai sampah organik.

Baca Juga: Sungai Melawi Meluap, Sejumlah Wilayah di Kabupaten Sintang Terendam Banjir

"Cerita tahun lalu di hulu sungai kita bentuk kelompok masyarakat yang melakukan pengolahan sampah berbasis maggot atau larva bukan belatung,"

"Itu banyak manfaatnya, pakan ternak ayam bebek dan ikan. di Korea digunakan untuk bahan kosmetik," sambungnya.

Selain itu, bisa menjadi sumber pendapatan. Estimasi hasil penjualan maggot dalam dalam satu kilogram, bisa mencapai 150 ribu rupiah.

"Peluangnya sangat bagus, bisa meningkatkan pendapatan masyarakat, tidak beli pakan ternak lagi, itu dicari bisa untuk bahan kosmetik, itu berfluktuasi harganya bisa 75 ribu kg per kilo bisa sampai 150 ribu per kg," tutupnya.

Baca Juga: Air Sungai Kiram Keruh, Tambang Emas Ilegal Ternyata Penyebabnya

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm