Sonora.ID - Sekretaris Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI), Agus Ruli Ardiansyah mengatakan kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) nasional September 2021 masih belum merepresentasikan situasi yang dihadapi petani.
Ia menyebutkan subsektor pertanian, khususnya hortikultura, justru tertekan karena hasil panen di tingkat petani dihargai sangat murah.
“Kami lihat situasinya belum banyak berubah dari bulan sebelumnya. Kenaikan NTP masih ditopang oleh subsektor tanaman perkebunan rakyat, sementara subsektor lainnya ini masih jauh dari kata menggembirakan,” kata Agus Ruli dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (06/10/2021).
Baca Juga: 2 Petani Tebu Tewas Akibat Bentrokan, Anggota Komisi VI DPR RI Sebut RNI Tak Serius Tangani Konflik
Mengacu pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai NTP subsektor tanaman pangan dan hortikultura pada September 2021 berada di bawah standar impas, masing-masing 98,77 dan 98,65.
Agus Ruli menyebutkan hal ini juga sesuai dengan laporan dari anggota SPI di berbagai wilayah, yang mencatat rendahnya harga di tingkat petani.
“Untuk tanaman pangan, meski trennya cenderung naik, tetapi harus digaris bawahi ini masih di bawah standar impas. Untuk jenis padi, laporan dari anggota-anggota SPI menyebutkan harga gabah di tingkat petani maupun gabah kering giling berada di bawah standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Contohnya di Kabupaten Banyuasin, harga gabah di tingkat petani dihargai Rp3.700 sampai Rp4.000. Sementara standar yang ditetapkan oleh pemerintah atau HPP itu Rp4.200,” ungkapnya.
Baca Juga: September 2021, Nilai Tukar Petani (NTP) Sulsel Naik 0,72 Persen
Sementara itu untuk tanaman hortikultura, untuk jenis sayur-sayuran khususnya cabai masih berada pada tren rendah dan belum beranjak dari bulan sebelumnya.
“Laporan yang kami dapat, petani masih mengeluhkan harga yang rendah untuk cabai dan jenis sayur-mayur lainnya. Ini dicerminkan dari NTP subsektor hortikultura yang pada bulan September ini turun di bawah standar impas” tambahnya.
Agus Ruli menyatakan nilai NTP September 2021 menggambarkan bagaimana permasalahan fluktuasi harga di tingkat petani masih belum teratasi.
Pemerintah dalam konteks ini harus segera mengambil kebijakan komprehensif untuk mengatasi masalah rendahnya harga di tingkat petani.
Baca Juga: Aksi Demo Hari Tani, Mahasiswa Sumsel Tuntut Kesejahteraan Petani
“Pemerintah harus merespon cepat masalah ini. Kita ketahui kemarin sempat ada keluhan dari para peternak tentang tingginya harga jagung untuk pakan, pemerintah langsung merespon dan mengintervensi. Hasilnya harga jagung sempat turun. Tapi ini kan sifatnya terbatas pada subsektor tertentu saja. Harapannya ini juga bisa diimplementasikan untuk subsektor lainnya, karena memang situasi di tingkat petani saat ini masih belum ideal” ujar Agus Ruli.
Menurut Agus Ruli, disinilah letak urgensi dari Badan Pangan Nasional.
Kehadiran badan ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan sektor pertanian secara komprehensif, dari produksi pangan di tingkat petani, distribusi, hingga stabilisasi harga.
Baca Juga: Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Petani Milenial Terus Digencarkan