Selain itu, Arvan mengatakan kalau melihat segala sesuatu dengan kacamata cinta tidak berarti akan membuat kita lebih permisif dan terlalu mentolerir.
Namun perlu disoroti perbedaan antara memahami dan menyetujui serta takaran yang perlu kita pertimbangkan adalah memahami.
Ketika kita paham, kita bisa menerima walaupun tidak sepakat.
Ini juga berangkat dari kasus masyarakat Indonesia dengan kultur nyinyir terhadap segala sesuatu yang digunakan, dikatakan, atau dilakukan orang lain.
Baca Juga: 13 Kata Bijak dari Influencer dan YouTuber Indonesia, Ada Keanu!
Menurutnya, orang-orang yang suka nyinyir adalah mereka belum selesai dengan dirinya sendiri makanya mereka sulit untuk memahami orang lain.
Ketika kita menentang melawan orang tersebut dibandingkan membuka percakapan dengannya, maka mereka tidak akan tumbuh dan secara paradoks, kita juga menjadi pihak yang tidak berusaha 'memahami orang lain'.
Mengutip Abraham Lincoln, Arvan mengatakan kalau inti dari cara memahami seseorang adalah, "saya tidak suka orang itu, karena itu saya harus lebih mengenalnya".
Baca Juga: Sebagai Motivator, Ini 2 Cara Merry Riana Memotivasi Dirinya Sendiri