Sonora.ID - Permasalahan umum yang sering kita hadapi dalam menjalin hubungan dengan orang lain adalah minim atau bahkan nihilnya pemahaman terkait kepribadiannya.
Tidak adanya pemahaman tersebut cenderung membuat hubungan menjadi retak karena kamu selalu melihat segala hal yang dilakukan oleh orang lain melalui kacamata dan penialianmu pribadi.
Dalam siaran Radio Smart FM Memahami Orang Lain dengan Kacamata Cinta (7/10/21), Arvan Pradiansya mengupas pentingnya memahami orang lain melalui kacamata cinta.
Penjelasan ini dimulai dengan kasus Donald Trump pada Pemilihan Presiden (pilpres) di Amerika Serikat tahun 2020 silam.
Baca Juga: Tidak Pede Karena Takut Salah, Ini 3 Saran dari Master Trainer
Pilpres tersebut diramaikan dengan kabar Trump yang merasa dirinya merupakan pemenang dari kontestasi tersebut, padahal hasilnya menunjukkan sebaliknya.
"Kita perlu memahami kenapa Donald Trump merasa demikian, seperi merasa dikhianati atau merasa hasil pemilu tidak asli. Artinya level demokrasi yang dipandang Trump masih lah dengan takaran segitu," jelas motivator tersebut.
Namun demikian Arvan meluruskan kalau toleransi yang kamu tunjukkan kepada kasus ini tidak menandakan bahwa kamu membenarkan tindakan Trump.
"Tingkat kedewasaannya terhadap demokrasinya masih setingkat anak-anak...dan kita berdoa supaya kejadian kejadian ini meningkatkan level of maturity dari Donald Trump," lanjutnya.
Baca Juga: Jangan Takut! Ikuti 5 Cara Memulai Bisnis dari Nol hingga Sukses
Selain itu, Arvan mengatakan kalau melihat segala sesuatu dengan kacamata cinta tidak berarti akan membuat kita lebih permisif dan terlalu mentolerir.
Namun perlu disoroti perbedaan antara memahami dan menyetujui serta takaran yang perlu kita pertimbangkan adalah memahami.
Ketika kita paham, kita bisa menerima walaupun tidak sepakat.
Ini juga berangkat dari kasus masyarakat Indonesia dengan kultur nyinyir terhadap segala sesuatu yang digunakan, dikatakan, atau dilakukan orang lain.
Baca Juga: 13 Kata Bijak dari Influencer dan YouTuber Indonesia, Ada Keanu!
Menurutnya, orang-orang yang suka nyinyir adalah mereka belum selesai dengan dirinya sendiri makanya mereka sulit untuk memahami orang lain.
Ketika kita menentang melawan orang tersebut dibandingkan membuka percakapan dengannya, maka mereka tidak akan tumbuh dan secara paradoks, kita juga menjadi pihak yang tidak berusaha 'memahami orang lain'.
Mengutip Abraham Lincoln, Arvan mengatakan kalau inti dari cara memahami seseorang adalah, "saya tidak suka orang itu, karena itu saya harus lebih mengenalnya".
Baca Juga: Sebagai Motivator, Ini 2 Cara Merry Riana Memotivasi Dirinya Sendiri