Disisi lain, Ibnu menerangkan, BSF kali ini mengangkat tema nature, sustainability, dan empowerment. Tema ini sengaja dikemukakan dengan harapan masyarakat khususnya para pengrajin kain pakaian khas raja Banjar, lebih peduli dengan kelestarian lingkungan.
Ia sengaja mengangkat tema sasirangan pewarna alam (natural date) karena dianggap penting untuk diangkat, sehingga kain sasirangan menjadi berbeda dengan yang kain lain.
“Aspek ini dalam strategi marketing dikenal sebagai sebuah upaya agar bisa dikenal, berbeda dengan yang lain dan posisi kita harus nomor satu, minimal di Banua kita sendiri,” jelasnya.
Ia pun berharap, BSF tahun ini bisa lebih dipahami terutama oleh para pengrajin kain sasirangan, sehingga para pengrajinnya yang kebanyakan menetap di pinggir sungai bisa lebih hati-hati dalam mengelola industri rumah tangganya.
“Ini harus lebih kita angkat, karena kebanyakan para pengrajin kita ini berdiam di tepi sungai, sehingga isu terkait dengan pencemaran ini dapat diantisipasi setiap industri dan rumah-rumah pengrajin sasirangan,” pungkasnya.
Sekedar diketahui, opening ceremony juga dimeriahkan dengan ajang fashion show.
Setidaknya ada lima model yang tampil dengan mengenakan sasirangan yang merupakan rancangan dari salah seorang designer di Banua yakni Hj Cathrine Ambarsari.
Selain diisi dengan fashion show sasirangan, opening ceremony BSF ke-5 ini juga disemarakkan dengan penampilan dari artis Ibu Kota, yakni Tomy Kaganangan dan juga Adiez Momo.
Ajang yang digelar bekerjasama dengan PT Ascarya Mitra Utama (Ascarya Production) ini sendiri berlangsung dengan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Baca Juga: Klaim Tak Temukan Kasus Covid-19 , PTM di Banjarmasin Tetap Lanjut