Sonora.ID - Diketahui pada lapangan saat ini, jumlah dari penderita autoimun semakin bertambah dengan sangat pesat. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang membuat seseorang dapat dengan mudah mengakses tentang autoimun.

Ini membuat tingkat kepedulian terhadap autoimun meningkat, sehingga banyak orang yang melakukan check up untuk mengetahui tentang kesehatan tubuhnya.

Autoimun merupakan penyakit yang masih belum bisa disembuhkan hingga saat ini. Penyakit ini terjadi ketika imun yang seharusnya menjaga kondisi tubuh malah menyerang balik karena menganggap bahwa tubuh merupakan lawan.

Memang terdengar tidak masuk akal, tetapi itu adalah fakta dari autoimun yang belum ada obatnya ini.

Meskipun masih belum ada obatnya, autoimun masih dapat dideteksi melalui gejala-gejala yang ditimbulkan.

Gejala Autoimun

Berdasarkan penjelasan Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD, K-AI., terdapat beberapa gejala yang harus diperhatikan ketika intensitas terjadinya terlalu sering. Gejala-gejala tersebut adalah:

1. Rambut rontok

2. Nyeri pada bagian sendi dan otot terasa pegal

3. Demam

4. Ruam kulit

5. Kesemutan pada bagian tangan dan kaki

Kelima gejala tersebut merupakan gejala yang umum sangat terjadi sebagai penanda awal autoimun. Jika dirasa intensitasnya sudah terlampau sering, maka segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosa secara spesifik.

Baca Juga: Ketombean Parah Hingga Kulit Kepala Luka? Bisa Jadi Gejala Psoriasis

Diagnosis Autoimun

Ketika dokter sudah mengetahui bahwa gejala-gejala umum tersebut memiliki intensitas terjadi yang cukup sering, maka peninjauan lebih lanjut dan spesifik akan dilakukan.

Dokter akan melakukan beberapa jenis pemeriksaan untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar terkena autoimun atau tidak. Berikut 5 jenis pemeriksaan autoimun:

1. Autoantibody Test, dilakukan guna mendeteksi karakteristik autobodi seseorang.

2. Tes darah, dokter akan menghitung jumlah sel darah merah dan putih.

3. Antinuclear Antibody Test, meninjau tentang antibodi yang menyerang tubuh.

4. Tes sedimentasi eritrosit, dilakukan untuk mengetahui tingkat keparahan dari peradangan yang terjadi.

5. C-Reactive Protein Test, mendeteksi peradangan di dalam tubuh.

Penanganan Autoimun

Setelah hasil diagnosis keluar dan seseorang dinyatakan terkena autoimun, maka dokter akan membantu dalam menangani penyakit tersebut.

Karena autoimun masih belum dapat disembuhkan, peningkatan kualitas hidup penderita penyakit tersebut menjadi penanganan terbaik yang dapat dilakukan.

Ini bertujuan untuk mengurangi rasa sakit akibat dari autoimun dan menghindari terjadinya komplikasi.

Penanganan autoimun akan dilakukan melalui pengobatan-pengobatan berikut:

Baca Juga: Cantika Abigail: Jangan Biarin Penyakit Mendefinisikan Diri Lu!

1. Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs), obat ini akan membantu penderita autoimun untuk mengurangi rasa sakit, demam, penggumpalan darah.

2. Corticosteroid, obat yang membantu dalam mencegah perkembangan penyakit dan menjaga fungsi organ tubuh yang diserang oleh autoimun

3. Obat anti-TNF, dikonsumsi untuk mencegah peradangan terjadi di dalam tubuh.

4. Terapi pengganti hormon, dilakukan melalui suntik insulin atau hormon tiroid.

Baca Juga: Menderita Autoimun, Enzy Storia: Buat Gue, Sehat Itu Bahagia!