Sonora.ID - Berdasarkan data dari apa yang terjadi di lapangan, kasus baru Covid-19 di Indonesia memang sudah mengalami penurunan yang tajam jika dibandingkan dengan beberapa bulan yang lalu yang mengharuskan beberapa wilayah jalani PPKM.
Saat ini, program dan upaya pemerintah dalam menekan laju Covid-19 bisa dikatakan sudah menunjukkan hasil, meski demikian pemerintah tak akan berhenti mengingatkan masyarakat untuk tetap maspada.
Mengapa demikian? Karena virus corona masih ada.
Hal ini juga yang disampaikan langsung oleh Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, Alexander Ginting dalam Dialog Semangat Selasa Forus Merdeka Barat 9, KPCPEN, bahwa selama virus masih ada, maka program pengendalian masih terus dilakukan.
Baca Juga: Raih Laba 4,19 Triliun di Masa Pandemi, PT. Pupuk Kalimantan Timur Kuasai Asia-Pasifik
Saat ini dirinya memaparkan bahwa angka positivity rate Covid-19 di Indonesia berada di bawah 2% dan angka BOR pun berada di bawah 10%.
Keberhasilan ini tidak lepas dari upaya pemerintah dalam melaksanakan PPKM dan kerja sama masyarakat yang disiplin mematuhi aturan selama PPKM ini.
“Pembukaan kegiatan yang kita lakukan adalah kelonggaran yang terkendali. Protokol kesehatan juga menjadi bagian dari kehidupan kita, sampai pandemi kelak dicabut. Selain itu, masih ada tugas untuk meningkatkan cakupan vaksinasi agar tidak ada yang tertinggal, termasuk kaum disabilitas dan lansia,” tuturnya.
Alexander Ginting juga mengingatkan, tracing kontak harus terus dilakukan. Kemudian kontak erat harus menjalani karantina untuk menekan transmisi Covid-19. Ia menjelaskan bahwa isolasi terpusat akan lebih baik dibandingkan isolasi mandiri yang berisiko membuat transmisi keluarga.
Baca Juga: Surabaya Level 2, Wali Kota Surabaya Imbau Warga Tak Euforia dan Tetap Disiplin Prokes
“Kendati kondisi membaik, pemerintah, rumah sakit, posko PPKM, pusat isolasi, semua pihak harus tetap siaga dan bekerja bersama agar tidak terjadi lonjakan kasus,” tandasnya.
Bupati Pengandaran, Jeje Wiradinata menegaskan bahwa saat ini yang menjadi tantangan adalah untuk mengawasi euforia masyarakat dengan adanya pelonggaran yang dilakukan.
“Salah satu tantangan kita saat ini adalah euforia masyarakat terhadap kelonggaran dan penurunan level. Kerja kita belum selesai, sehingga semua upaya 3M, 3T, vaksinasi harus terus dilakukan, termasuk edukasi kepada masyarakat,” ungkapnya tegas.
Baca Juga: Ibnu Sina Divaksin Besok, Tim Pakar Covid-19: Jangan Euforia
Jeje mendistribusikan undangan vaksinasi dari bupati kepada masyarakat, selain melakukan pendekatan bersama dengan tokoh agama dan tenaga kesehatan, agar warga terbebas dari pemahaman yang keliru tentang vaksinasi.
Seiring pembukaan kegiatan masyarakat seperti di sekolah, tempat wisata, pasar dan tempat ibadah, Jeje menjelaskan pihaknya akan memperkuat testing pada lokasi-lokasi yang terdapat keramaian.
Sementara itu, Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Lia G. Partakusuma menyatakan, pihaknya selalu menginstruksikan kepada rumah sakit untuk tetap siaga, menyiapkan tempat tidur untuk COVID-19 dan melakukan pemisahan antara pasien yang terinfeksi dan tidak.
Baca Juga: Euforia Vaksin Covid-19 Turunkan Angka Kepatuhan Protokol Kesehatan
“Mulai September dan awal Oktober, kami membuka layanan untuk pasien non-Covid-19 yang sudah cukup lama menunggu. Tugas berat untuk memisahkan alur pasien, agar pasien non-COVID-19 ini aman, sehingga ada ketentuan ketat untuk skrining di rumah sakit,” papar Lia.
Lia menuturkan, perkembangan virus corona masih sangat dinamis. Karena itu, upaya menemukan varian mutasi virus pun terus dilakukan, terutama ketika ditemukan gejala klinis yang berbeda.
“Jangan euforia karena merasa sudah divaksin dan COVID-19 di Indonesia terkendali. Belajar dari negara tetangga, terjadinya lonjakan kasus harus selalu diwaspadai,” tegasnya. (*Adv)