Sonora.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 membukukan surplus 4,37 miliar US dollar.
Komoditi nonmigas penyumbang surplus terbesar adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) serta besi dan baja (HS72).
“Kalau kita lihat bahwa neraca perdagangan Indonesia ini selama 17 bulan secara beruntun membukukan surplus, jadi surplus 17 bulan secara beruntun,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Jumat (15/10/2021).
Adapun surplus ini diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas yang tinggi yakni 5,30 miliar dolar amerika serikat, namun tereduksi oleh defisit di perdagangan sektor migas sebesar 0,93 miliar dolar amerika serikat.
Jika melihat berdasarkan negara, Margo menyebutkan, terdapat 3 negara yang memiliki andil terbesar dalam surplus neraca perdagangan nonmigas Indonesia bulan September 2021, diantaranya adalah Amerika Serikat, India dan Filipina.
Dengan Amerika Serikat, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1.579,8 juta US dollar. Adapun penyumbang terbesar surplus adalah berasal dari pakaian dan aksesoris atau HS 61.
Baca Juga: Kebutaan Akibat Kelainan Kornea di Indonesia Masih Tinggi
Sementara dengan India, Indonesia juga mengalami surplus dengan India sebesar 718,6 juta US dollar.
“Komoditasnya (yang menjadi penyumbang terbesar dalam surplus) itu adalah bahan bakar mineral, kemudian diikuti lemak dan minyak hewan nabati,” lanjutnya.
Terakhir dengan Filipina, Indonesia juga mengalami surplus 713,9 juta US dollar, yang ditopang oleh komoditas bahan bakar mineral (HS 27) dan kendaraan dan bagiannya (HS 87).
Sebaliknya, neraca perdagangan nonmigas Indonesia juga masih mengalami defisit dengan beberapa negara, diantaranya adalah dengan Australia yang mencapai 529,7 juta US dolar yang disebabkan karena bahan bakar mineral dan bijih, kerak dan abu logam (HS 26).
Kemudian dengan Thailand, neraca perdagangan Indonesia juga mengalami defisit sebesar 346,8 juta US dollar yang disebabkan oleh komoditas plastik dan barang dari plastik, diikuti dengan mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya.
Demikian pula dengan Ukraina, Indonesia mengalami defisit sebesar 247,2 juta US dollar. Adapun komoditas penyebabnya adalah serealia serta besi dan baja.
Baca Juga: Subway Indonesia Resmi Buka, Berikut Ini 6 Menu Rekomendasinya!