Surplus ini merupakan hasil dari program 35000 MW (30%) yang sudah sudah beroperasi.
Presentasi oversupply tersebut tentunya akan semakin besar ketika sudah memasukan tambahan sekitar 49-50%
Menurut data EDM, 20 dari 22 wilayah Indonesia (kecuali Flores dan Bangka) sudah memiliki cadangan energi yang memadai atau kurang lebih 20%.
Jika dibandingkan dengan presentasi pemakaian EBT dalam bauran energi pada wilayah Amerika (12%) Eropa (14%) dan Inggris (14%), Indonesia sebenarnya masuk dalam kategori progresif.
Ia menjelaskan bahwa beberapa dari negara tersebut terpaksa kembali menggunakan bahan bakar fosil ketika mengalami krisis energi seperti intermittent.
“Di negara seperti Cina dan India, karena mereka tahu bahwa energi fosil seperti batubara punya kemampuan memecahkan krisis energi jangka pendek, mereka justru melakukan importasi yang cukup masif dan agresif,” Ungkap Abra. “Kita jangan terlena karena harga batu bara sedang melonjak tinggi lalu menghabiskan begitu saja export batubara kita.”
Menurutnya, Indonesia harus mencoba melihat pendekatan dekarbonisasi yang dilakukan Amerika demi mengoptimalkan energi fosil untuk mendukung inovasi dan teknologi pengembangan EBT.
Baca Juga: Menuju Energi Baru Terbarukan (EBT) Wamenkeu Beberkan Tantangan yang Harus Diatasi!