Menurutnya, marah adalah emosi yang diciptakan, dianugerahi, dan dirahmatkan oleh Sang Pencipta.
Baginya, alih-alih mengategorisasikan emosi menjadi emosi positif dan negatif, ia lebih memilih untuk membaginya menjadi emosi yang menyenangkan dan emosi yang kurang menyenangkan.
Adapun yang ia maksud dengan emosi yang menyenangkan ialah seperti gembira, bangga, bersyukur, cinta; sementara emosi yang kurang menyenangkan di antaranya seperti kecewa, marah, dan merasa bersalah.
Baca Juga: Sulit Menahan Emosi, Hati - Hati 5 Zodiak Ini Paling Suka Marah
Ketahui Akar dari Emosi
Arvan menerangkan bahwa emosi yang menyenangkan umumnya akan mudah untuk dilupakan.
Hal ini karena apa yang terjadi pada situasi kita umumnya adalah hal yang seharusnya dan sesuai dengan gambaran ekspektasi kita.
Sementara, emosi yang kurang menyenangkan biasanya akan lebih lama teringat dan tidak mudah dilupakan.
Emosi yang kurang menyenangkan adalah indikasi bahwa kita tidak berada dalam jalur yang seharusnya.
Oleh sebab itu, diri kita biasanya akan senantiasa mengingatkan agar dapat melakukan perubahan.
Baca Juga: 4 Shio Paling Seram Kalau Marah, Ada yang Seperti Orang Kerasukan
Mengelola Marah
Dengan memandang bahwa marah adalah hal yang baik, bukan semerta-merta kita dapat menggunakan emosi ini setiap saat.
Arvan menyarankan agar setiap orang dapat membedakan antara marah dan ‘marah-marah’, kondisi yang membuat seseorang menggunakan kemarahan untuk merespons setiap permasalahan.
Marah adalah laksana api. Di luar fungsi baiknya, tentu marah-marah secara berlebihan dapat menjerumuskan diri kepada hal yang buruk.
Ketika seseorang marah, maka kesadarannya akan menurun sementara energinya akan meningkat.
Baca Juga: Paling Bisa Kontrol Emosi dan Tindakan, Ini Urutan Golongan Darah Paling Cerdas Secara Emosional