Sonora.ID - Tak bisa dipungkiri bahwa cerita horor di Indonesia cukup menarik untuk disimak.
Seperti kisah nyata horor yang dibagikan oleh akun Twitter @iniFaish.
Akun tersebut mengatakan jika cerita yang dia tulis bukan ia yang mengalami, melainkan orang terdekatnya sendiri yakni ayahnya.
Kejadian ini terjadi jauh sebelum penulis lahir dan sebelum ayahnya menikahi ibunya.
Tentang kesalahan yang pernah dilakukan olah ayah penulis, sehingga ayahnya mendapat balasan atas kesalahan tersebut.
Agar memudahkan pembaca, penulis akan kami beri nama Adi.
"Lid, ibu dan bapak kalah di pengadilan. Sing legowo ya, harus sabar!"
Adi terdiam setelah mendengar perkataan ibunya.
Baca Juga: Cerita Horor: Kisah Ojol yang Dapat Orderan Fiktif dari Hantu Cici Cantik Bercelana Hotpants
Dalam pikiran berkecamuk banyak hal. Bagaimana Adi bayar kost & bayar kuliah? Kalau Adi memaksa kuliah, bagaimana dgn adik Adi? Aditidak mau memberatkan orangtua.
Sebenarnya tahun 1991 adalah tahun terakhir Adi kuliah di Solo. Namun, karena masalah ekonomi yang menimpa keluarganya.
Adi pun memutuskan untuk berhenti kuliah dan kemudian mencari pekerjaan agar bisa sedikit membantu keluarga di Magelang.
Allah Maha Baik. Tidak lama setelah Adi berhenti kuliah, Adi diterima sebagai sales marketing oleh salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang farmasi.
Namun peraturan perusahaan saat itu, untuk karyawan baru harus ditempatkan di luar jawa.
Dengan segala resikonya, saat itu Adi memutuskan untuk menerima pekerjaan tersebut.
Meskipun konsekuensinya adalah jauh dari keluarga, teman, dan pacarku di Solo.
Pikiran Adi hanya satu, yaitu membantu ekonomi keluarga.
Pacar Adi di Solo adalah orang yg kelak akan menjadi istrinya.
Orang yg saat ini dipanggil "mama" oleh penulis.
Dia ikhlas melepasnya merantau karena Adi menjanjikan untuk melamar dan menikahinya setelah mengumpulkan rupiah dari hasil pekerjaannya saat itu.
Penugasan pertama Adi adalah di Makassar, Sulawesi Selatan.
Diisi dengan pelatihan dan pekerjaan basic sebagai sales marketing.
Kurang lebih satu tahun Adi berada di Makassar.
Mudik ke Jawa pun jarang, bisa 2-3 bulan sekali. Maklum, sayang di ongkos.
Waktu cepat berlalu, pelatihan sebagai sales marketing sudah Adu jalani seluruhnya.
Hingga pada awal tahun 1992, Adi dipindah tugaskan ke kota B**********, Kalimantan Selatan.
Di tempat inilah sebuah kesalahan telah Adi perbuat hingga kelak akan mengakibatkan sesuatu terhadapnya.
Di kota tersebut Adi bertemu dengan orang-orang baru.
Lingkungan kerjaku pun cukup nyaman. Kebetulan juga Adi mendapatkan kost dengan harga murah.
Ya meskipun jarak menuju kantor lumayan jauh. Tapi yang terpenting kost Adi ini nyaman dan kental dengan nuansa kekeluargaan.
Suatu hari, teman satu kost Adi yg sudah lebih lama tinggal di kota ini mengajaknya untuk berkeliling kota dan mau mengenalkannya kepada teman-temannya. Agar relasiku semakin luas katanya.
Adi menyanggupi ajakan teman kostnya.
Setelah berkeliling kota, mereka berdua menuju ke salah satu restoran di pusat kota.
Di restoran tersebut sudah ada beberapa teman dari teman kostnya yang menunggu di dalam.
Adi pun diajak bergabung dan berkenalan. Satu persatu ia berkenalan dengan mereka.
Tidak terkecuali dengan perempuan sebut saja bernama Wiwin.
Dia seorang wanita asli suku ternama di Kalimantan, berkulit kuning langsat, dan memiliki rambut pendek sebahu.
Wiwin mudah sekali akrab dengan Adi.
Baca Juga: Tonton Trailer Pertama 'Paranormal Activity: Next of Kin' di Sini!
Perkenalan mereka biasa saja waktu itu. Tidak istimewa.
Hubungan Adi dengan pacarnya yang ada di Solo waktu itu baik-baik saja.
Mereka masih berkomunikasi meskipun sangat terbatas karena hanya mengandalkan surat via kantor pos atau sesekali menggunakan telfon kantor.
Hari demi hari, hubungannya dengan teman-teman semakin akrab. Termasuk juga dengan Wiwin.
Mereka sering bertemu untuk makan atau sekadar hangout untuk melepas penat di akhir pekan.
Lambat laun, seiring kedekatan mereka, Adi merasa bahwa perhatian Wiwin kepadanya lebih dari sekadar teman.
Bukannya kepedean, yang dilakukannya itu justru seperti pacar.
Dia sering datang ke kantor Adi untuk membawakannya makan siang.
Bahkan tidak jarang juga, saat jam pulang kantor dia menjemput Adi dengan mobil pribadinya.
Jujur, dengan perlakuan Wiwin terhadap Adi, ditambah keterbatasan komunikasi dengan pacarnya di Solo.
Jiwa muda Adi bergejolak dan pada akhirnya Adi terbawa perasaan sehingga mulai menyukai Wiwin.
Baca Juga: Cerita Horor: Hantu Jail Tak Kasat Mata yang Selalu Ganggu Keluarga Ima
Wiwin dan Adi kemudian memutuskan untuk menjalin hubungan.
Wiwin tidak tahu kalau sebenarnya Adi sudah punya pacar di Solo.
Begitu pula sebaliknya, pacarnya di Solo juga tidak tahu kalau Adi di sini menjalin hubungan dengan Wiwin.
Adi menyadari kalau ini salah. Tapi lelaki muda mana yang tahan dengan kondisi seperti itu? Komunikasi terbatas, jauh dari rumah, terus menerus mendapat perhatian dari wanita, dan yang pasti tidak ada media sosial. Sangat mendukung sekali untuk selingkuh.
Sebagai pacar, Wiwin sangat perhatian terhadap Adi.
Dia pernah suatu ketika mau memberinya cincin merah delima.
Tapi ia tolak karena Adi merasa ini terlalu berlebihan.
Jika dilihat dari perlakuannya, Wiwin mungkin saat itu sudah sangat menyukainya.
Jujur, selama berpacaran dengan Wiwin. Sebenarnya ada perasaan yang mengganjal dalam hati Adi.
Mungkin rasa bersalah karena telah membohongi dua wanita. Sampai di satu titik, Adi harus memilih salah satu diantara keduanya.
Adi tidak mau terus-terusan berada di posisi ini.
Selingkuh, semakin lama seperti ini maka semakin Adi menyakiti dua wanita ini. Hingga pada akhirnya, Adi memilih pacarnya di Solo.
Dengan pertimbangan bahwa pacarnya di Solo lah yang lebih dulu bersamanya dan mereka memang sebenarnya sudah ada rencana untuk menikah.
Sedangkan Wiwin, hanyalah seseorang yang mengisi kekosongannya di perantauan.
"Win, maaf. Sebenarnya aku sudah punya calon istri di Jawa. Maaf aku sudah bohong. Sepertinya kita cukup sampai di sini! Aku minta maaf!" Ucap Adi kepada Wiwin.
Wiwin hanya diam dan terlihat tidak ada raut marah atau benci.
Adi pikir dia ikhlas menerima keputusannya. Ternyata aku salah.
Beberapa hari setelah putus dengan Wiwin, Adi mempersiapkan kepulangannya ke Jawa untuk melamar pacarnya.
Namun ternyata, seminggu sebelum kepulangannya ke Jawa, terjadi hal aneh yang menimpanya.
Waktu itu pukul dua dini hari. Adi sedang menunaikan sholat tahajud di dalam kamar kostnya. Suasana hening. Hanya suara angin dan jangkrik yang saling bersahutan.
Namun, ketika Adi sujud di rakaat terakhir. Terdengar suara ketukan dari jendela kamarnya.
Sampai ia selesai sholat, suara ketukan itu makin keras terdengar.
Tapi waktu itu Adi tidak berpikiran macam-macam.
Baca Juga: Bikin Merinding! Ini 5 Lagu Indonesia yang Menyeramkan, Berani Dengerin?
Ia pikir itu teman kostku yang iseng, sehingga dibiarkan saja sampai Adi selesai berdzikir.
Setelah selesai berdzikir, suara itu malah bukan lagi seperti suara ketukan.
Tapi seperti suara sesuatu yang menabrakkan diri, menghentak ke arah jendela.
Adi tidak bisa melihat keluar karena jendelanya tertutup tirai.
Adi yang penasaran kemudian bangkit dan berjalan mendekati jendela kamar lalu membuka tirai.
Betapa terkejutnya Adi jika di depan jendela kamar kostnya, ada sebuah api yang melayang.
Api tersebut kira-kira sebesar kepalan tangan orang dewasa. Warnanya merah menyala. Seakan memaksa masuk ke dalam kamar kostnya melalu jendela.
Namun setiap kali api itu menabrakkan dirinya ke jendela, selalu mental seperti tertahan sesuatu.
Adi yang terkejut berusaha membaca ayat kursi sambil menjauh dari jendela.
Beberapa saat setelah itu, api tersebut menghilang.
Seperti lilin yang padam karena ditiup seseorang.
Baca Juga: Bukan Cuma Tanjakan Emen, Ini 5 Tanjakan yang Dikenal dengan Keangkerannya, Pernah Lewat?
Yang Adi tahu, jika ada api terbang seperti itu, kemungkinan besar adalah santet. Tapi santet dari siapa?
Setelah kejadian api terbang, menuju hari kepulangannya ke Jawa. T
idak ada keanehan apapun yang terjadi. Bahkan Adi sudah melupakan kejadian tersebut.
Ya karena Adi baik-baik saja, tidak terjadi apa-apa.
Akhirnya Adi pun pulang ke Jawa dengan menggunakan pesawat & tiba dengan selamat.
Namun keanehan justru muncul ketika Adi sampai di bandara Adi Sucipto Jogja.
Saat Adi turun dari pesawat, pertama kali menginjakkan kaki ke tanah. Tiba-tiba wajahnya terasa sangat panas seperti terbakar.
Panas dan perih, seketika Adi membasuh wajahnya dengan air, namun tetap saja terasa panas.
Sesampainya di rumah orangtunya pun panas itu masih terasa di wajah.
Bahkan Adi merasa wajahnya ini luka & mengelupas.
Tapi ketika lihat di depan cermin, wajahnya terlihat baik-baik saja.
Hari kedua, saking tidak kuat menahan panas di wajah, Adi meminta diantar ke rumah sakit untuk diperiksa oleh dokter spesialis kulit.
Namun dokter tersebut justru bilang "Ini kulit wajahnya baik-baik aja lho. Suhu juga normal. Tidak ada luka" Tapi yang dirasakan justru sebaliknya.
Hari ketiga, rasa panas di wajah ini semakin menjadi-jadi.
Orangtua Adi yg melihat kondisinya seperti itu kemudian berpikir bahwa ini bukanlah sakit biasa.
Akhirnya mereka membawanya ke tempat (alm) Pak Sazali, seorang kyai di daerah Muntilan, Kabupaten Magelang.
Di rumah pak Sazali, mereka dipersilakan masuk ke ruang tamu.
Beliau duduk di depan Adi dan kemudian menatapku sambil wiridan.
Setelah beberapa saat, beliau menyuruhnya untuk mengambil wudhu dan memintanya sholat dua rakaat di musholla rumahnya.
Kemudian Adi menuruti perintah beliau untuk berwudhu dan menunaikan sholat dua rakaat.
Setelah selesai sholat, wajahku yang tadinya terasa panas dan perih, tiba-tiba terasa sangat segar dan dingin. Rasa sakit itu hilang seketika.
Sebelum mereka pamit pulang, pak Sazali berpesan kepadanya.
"Le, tobat yo! Jangan suka mencari masalah dengan orang lain!"
Adi hanya mengangguk dan mengiyakan pesan tersebut.
Baca Juga: Percaya atau Tidak! Begini 5 Ciri Rumah yang Merupakan Hasil Pesugihan Dedemit
Sejujurnya, Adi saat itu kurang mengerti dengan maksud perkataan beliau. Yang terpenting, Adi sembuh.
Sehari setelah itu, Adi dan keluarganya pergi ke Solo untuk melamar pacarnya.
Selama proses lamaran, alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. Tetapi, saat sore hari, ba'da ashar, Adi tiba-tiba cegukan.
Sama seperti cegukan pada umumnya, Adi merasa biasa saja. Namun sampai malam hari, saat Adi & keluarganya pamit untuk pulang ke Magelang, Adi masih cegukan.
Padahal Adi sudah minun, tahan napas, bahkan sampai minum jamu. Tapi tetap saja cegukan tersebut tidak hilang.
Mungkin bagi kalian cegukan itu sepele. Tapi bagaimana kalau cegukan tiga hari non-stop?
Adi mengalaminya, selama 3 hari ia tidak berhenti cegukan.
Akibatnya nafsu makan jadi turun dan susah tidur.
Segala cara sudah dicoba, bahkan periksa ke dokter juga. Namun hasilnya nihil.
Karena dihari ke-7 malam ia harus sudah terbang lagi ke Kalimantan.
Akhirnya Adi dibawa ke rumah pak Sazali lagi oleh orangtunya.
Berbeda dengan kunjungannya yang pertama.
Setelah mempersilakan mereka duduk, Pak Sazali langsung ke kamar dan wiridan tanpa mengajak berbincang dahulu.
Setelah beberapa saat, pak Sazali keluar kamar sambil membawa segelas air putih.
Beliau kemudian duduk di ruang tamu bersama mereka lalu menyuruh Adi untuk meminum segelas air putih tersebut.
Entah bagaimana bisa, seketika cegukannya berhenti.
"Le, ada masalah ya kamu sama orang itu?" Tanya pak Sazali.
"Masalah apa pak? Perasaan, saya ndak punya masalah dengan orang lain pak" Jawabku kebingungan.
Baca Juga: Tak Disangka 6 Perabotan Rumah Ini Ternyata Bisa Jadi Sarang Hantu, Kamu Memilikinya di Rumah?
"Sudah jujur saja! Itu lho perempuan yg rambutnya sebahu, yang inisialnya huruf W itu. Temenmu kan?" Ucap pak Sazali.
Degg... Adi kaget setengah mati setelah mendengar ucapan pak Sazali.
Bagaimana pak Sazali tau tentang Wiwin? Dan apa hubungannya semua ini dengan Wiwin? Apa jangan-jangan api tempo hari adalah kiriman dari Wiwin?
"Wes yo le, sekarang kamu sudah baik-baik saja. Bapak minta nanti kamu habis balik ke tempatmu kerja, langsung temui orang itu dan minta maaf!" Ucap pak Sazali lagi.
Adu yang kaget sekaligus malu, hanya bisa mengangguk pelan.
Ibunya disampingnya hanya geleng-geleng kepala sedari tadi.
Malam harinya Adi kembali ke kota B********** dan sampai di tujuan dengan selamat.
Semua baik-baik saja dan Adi bergegas untuk istirahat karena keesokan harinya harus berangkat ke kantor seperti biasa.
Keesokan harinya, saat sudah berada di kantor, Adi meminjam telfon kantor untuk mengajak Wiwin bertemu setelah jam pulang.
Adi ingin melaksanakan apa yanng dikatakan oleh pak Sazali, yaitu meminta maaf.
Wiwin pun menyanggupi ajakannya dan berkenan untuk menemuinya.
Selepas pulang, Adi menuju ke restoran tempat kami janjian. Ternyata Wiwin sudah sampai di tempat lebih dahulu.
"Win, aku minta maaf atas semua kesalahan yg telah aku perbuat. Maaf sudah membuatmu sakit hati. Aku yg salah win, aku minta maaf!" Kata Adi kepada Wiwin.
"Iya mas tidak apa-apa. Sekarang aku benar-benar sudah ikhlas memaafkanmu lahir batin" Jawab Wiwin.
Adi lega mendengar jawaban itu. Kali ini Adi yakin betul bahwa Wiwin sudah memaafkannya.
Namun, Adi masih penasaran apa yang dilakukan Wiwin terhadapnya hingga ia mengalami hal aneh.
"Sebenarnya aku ini kamu apain sih Win? Tolong jawab jujur ya Win" Tanyaku.
"Maaf banget ya mas. Sebenarnya di sini aku juga salah. Tempo hari waktu kamu bilang kalau ternyata kamu sudah punya calon istri di jawa, aku sakit hati mas..."
"Saking sakit hatinya, aku sampai memutuskan untuk pergi ke dukun untuk memberimu balasan. Dukun itu memberiku pilihan, mau membuatmu gila nggak bisa pulang atau cuma diberi pelajaran. Aku waktu itu masih ingat dosa, jadi akhirnya ku minta biar kamu diberi pelajaran aja," kata Wiwin.
"Aku memberikan fotomu kepada dukun itu mas. Kemudian dia menyayat-nyayat fotomu menggunakan kerisnya. Lalu dukun itu menyuruhku untuk mengubur fotomu di area pemakaman. Sekali lagi aku minta maaf banget mas, aku juga salah" Terang Wiwin kepada Adi.
Mendengar penjelasan dari Wiwin, Adi benar-benar merasa menyesal. Adi jadi yakin bahwa semua ini adalah balasan dari perbuatannya sendiri.
Dari awal Adi sudah menyadari bahwa apa yang Adi lakukan adalah salah.
Tapi egoisme masa mudanya justru menjerumuskannya dalam suatu masalah.
Pada akhirnya Adi dan Wiwin berpisah dengan baik-baik.
Tidak ada gangguan apapun yang terjadi setelah itu. Beberapa bulan kemudian, di tahun 1993, Adi pun menikahi pacarnya.
Pacarku tahu cerita ini setelah kami menikah.
Suatu perbuatan, entah itu perbuatan baik ataupun buruk, pasti ada balasannya.
Maka berhati-hatilah dalam melakukan sesuatu.
Itulah cerita dari pengalaman masa muda ayah penulis.
Dari cerita ini kita bisa banyak belajar untuk tidak belaku semena-mena saat telah berkomitmen dengan orang lain.
Baca Juga: 5 Pohon yang Dipercaya Jadi Sarang Setan, Kamu Menanamnya di Rumah?