Dalam kesempatan yang sama, senada dengan Airlangga, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyebutkan bahwa perempuan memiliki peran yang sangat strategis dalam kemajuan ekonomi nasional.
“Riset dari McKinsey menyebutkan jika perempuan dapat berkontribusi di dalam perekonomian, maka perekonomian global akan mendapatkan manfaat sebesar USD 12 triliun di tahun 2025,” kata Teten Masduki secara virtual, Kamis (28/10/2021).
Namun demikian, masih terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi perempuan, terlebih lagi di masa pandemi covid19 ini.
Baca Juga: Sri Mulyani: Defisit APBN sampai September 2021 mencapai Rp 452 T
Dalam paparan Menko Airlangga, dijelaskan bahwa pandemi covid19 meningkatkan kesenjangan gender, terutama pada perempuan berpenghasilan rendah, serta menurunnya kondisi keuangan yang beresiko mengurangi akses keluarga dalam mendapatkan kredit formal. Sekitar 60 persen perempuan di Indonesia memulai bisnis karena terpaksa untuk bertahan hidup, bukan karena termotivasi.
Tidak hanya itu, persoalan lain yang dihadapi wirausaha perempuan saat ini beberapa diantaranya adalah sulit mendapatkan izin usaha, pendidikan rendah, kurang pelatihan, tanggung jawab rumah tangga berat, norma agama dan kultural, beratnya kompetisi pasar dan sulit mendapatkan karyawan, sulit mengatur waktu antara bisnis dan keluarga, serta akses permodalan yang terbatas, baik dari perbankan maupun institusi keuangan lainnya.