Sonora.ID - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan peran perempuan sangat penting dalam perekonomian nasional.
Pasalnya, sebesar 37 juta UMKM atau lebih dari 60 persen dari total populasi UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan. UKM yang dimiliki perempuan tersebut juga berkontribusi 9,1 persen terhadap PDB Indonesia dan lebih dari 5 persen terhadap ekspor.
Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, Airlangga menyebutkan bahwa perempuan Indonesia memiliki rasio kepemilikan usaha lebih tinggi dibandingkan rata-rata dunia.
Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Realisasi PEN Hingga 22 Oktober 2021 Capai Rp 433,91 T
“Kalau kita lihat perempuan punya peran yang sangat penting karena 60% atau 37 juta UMKM dikelola oleh ibu-ibu atau kaum perempuan dan perempuan (di Indonesia) memiliki kepemilikan usaha yang tinggi dibandingkan kaum perempuan di negara-negara lain,” kata Airlangga secara virtual, Kamis (28/10/2021).
Mengutip data dari Google tahun 2020, Airlangga menyebutkan 49 persen perempuan di Indonesia telah berwirausaha dan 45 persen perempuan di Indonesia ingin berwirausaha di masa mendatang.
Hal ini memperlihatkan bahwa perempuan-perempuan Indonesia sangat aktif dan memiliki keinginan yang tinggi untuk berwirausaha.
“Potensi ini perlu terus kita tingkatkan secara penuh dan beberapa tantangan yang dihadapi termasuk pada saat pandemi covid,” lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, senada dengan Airlangga, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyebutkan bahwa perempuan memiliki peran yang sangat strategis dalam kemajuan ekonomi nasional.
“Riset dari McKinsey menyebutkan jika perempuan dapat berkontribusi di dalam perekonomian, maka perekonomian global akan mendapatkan manfaat sebesar USD 12 triliun di tahun 2025,” kata Teten Masduki secara virtual, Kamis (28/10/2021).
Namun demikian, masih terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi perempuan, terlebih lagi di masa pandemi covid19 ini.
Baca Juga: Sri Mulyani: Defisit APBN sampai September 2021 mencapai Rp 452 T
Dalam paparan Menko Airlangga, dijelaskan bahwa pandemi covid19 meningkatkan kesenjangan gender, terutama pada perempuan berpenghasilan rendah, serta menurunnya kondisi keuangan yang beresiko mengurangi akses keluarga dalam mendapatkan kredit formal. Sekitar 60 persen perempuan di Indonesia memulai bisnis karena terpaksa untuk bertahan hidup, bukan karena termotivasi.
Tidak hanya itu, persoalan lain yang dihadapi wirausaha perempuan saat ini beberapa diantaranya adalah sulit mendapatkan izin usaha, pendidikan rendah, kurang pelatihan, tanggung jawab rumah tangga berat, norma agama dan kultural, beratnya kompetisi pasar dan sulit mendapatkan karyawan, sulit mengatur waktu antara bisnis dan keluarga, serta akses permodalan yang terbatas, baik dari perbankan maupun institusi keuangan lainnya.