Makassar, Sonora.ID - Pengusaha angkutan yang tergabung dalam organda menyikapi normalisasi bahan bakar jenis pertalite dengan harga saat ini Rp7.850.
Ketua Organda, Zainal Abidin mengatakan telah menyepakati penyusuaian tarif di seluruh kota Makassar.
Lantaran berdampak besar terhadap operasional, termasuk ke onderdil, sembako dan perbaikan lainnya.
"Ini saya lihat pemerintah diam-diam saja. Daripada kami ribut di jalan lebih baik kami sesuaikan harga saja," tegasnya.
Baca Juga: Besok, Pertalite Seharga Premium Mulai Berlaku di Makassar
Rincian besaran kenaikan, menjadi Rp7.000 dari tarif sebelumnya sebesar Rp5.000. Atau besaran kenaikan sebesar Rp2.000.
Dia menjelaskan pada awalnya Pertalite memang didorong agar masyarakat khususnya untuk angkutan umum meninggalkan premium yang dihargai Rp6.450.
Akhirnya, harga Pertalite disamakan dengan harga Premium karena mendapatkan harga promo dari Pertamina sehingga menjadi Rp6.450.
Baca Juga: Rencana Hapus Pertalite dan Premium, Komisi VII: Karena Tak Ramah Lingkungan
Namun ternyata dalam perkembangannya, promo dihilangkan sehingga harga mengalami kenaikan signifikan.
"Sebelumnya itu dinaikkan menjadi Rp7.250, yang jelas dua kali itu tahapan naiknya sampai angka itu," ungkapnya
Olehnya, dia mempertanyakan hal itu kepada Pertamina perihal sampai kapan promo berlangsung.
Namun, lanjut dia, justru tidak bisa menjawab. Ditambah lagi sewaktu-waktu bakal berubah.
"Nah sekaranf informasi dari para pemilik transportasi, operator dan sopir itu harga pertalite sudah normal Rp7.850 per kemarin (1 November)," jelas dia.
Baca Juga: Ajukan Perubahan, Mulan Jameela Usul Harga Pertamax setara dengan Pertalite
Laporan lainnya, jumlah SPBU yang masih memiliki BBM Premium justru sudah sangat terbatas. Tercatat hanya ada empat SPBU yang masih menyediakan.
"Itu kalau di Makassar masih ada empat SPBU yang menyediakan. Tapi kan tidak mampu melayani angkutan umum apalagi masih diberikan peluang mobil pribadi ikut antri. Jika kita ikut antri maka banyak waktu yang terpakai, panjang untuk tidak beroperasi mencari penumpang. Artinya ada dampak terhadap pendapatan," katanya.
Dengan jumlah SPBU yang terbatas juga antrian yang panjang maka otomatis sopir beralih ke Pertalite.
Baca Juga: Pertamax Series Dan Pertalite Di Jawa Tengah Mengalami Kenaikan 20% Di Masa New Normal
"Makanya sudah banyak operator dan supir ini melakukan penyesuaian tarif.
Kalau pemerintah tidak mampu mengembalikan kuota premium di Sulsel maka mau tidak mau kami melakukan penyesuaian tarif terhadap nilai harga pertalite yang dikeluarkan Pertamina," jelasnya.
Angkutan yang menggunakan Premium pun hanya 0,0 persen, selebihnya 99 persen menggunakan pertalite. Maka dari itu, jelas dia, sudah sangat wajar dilakukan penyesuaian tarif pada angkutan umum di kota Makassar.
"Sebelumnya komitmen saya dengan Pertamina, dilakukan pelayanan dengan angkutan umum diberikan waktu dari jam 6 hingga 12 siang, itu untuk angkutan umum tidak boleh diganggu mobil pribadi. Yang terjadi saat ini berbeda, tidak komitmen," ujarnya.
Empat SPBU adalah SPBU di depan Polda, kedua SPBU di depan Pasar Panampu, ketiga SPBU di Jalan Abdullah Dg Sirua, keempat di depan Pasar Senggol dekat Asrama Mattoanging.
Baca Juga: Pertamina Berencana Hapus Premium, Pertalite, dan Solar karena Tak Ramah Lingkungan