Sonora.ID - Seiring dengan krisis lingkungan yang semakin menjadi kekhawatiran jutaan umat di berbagai pelosok dunia, maka muncul pembahasan mengenai energi alternatif terbarukan guna mengurangi risiko krisis lingkungan.
Salah satu nama yang sering menjadi topik pembicaraan adalah pemanfaatan nuklir sebagai sumber energi listrik.
Abdul Qonhar Teguh Eko Prasetyo selaku Koordinator Komunikasi Publik dalam siaran Radio Sonora berjudul 'Pengawasan Nuklir di Indonesia' (4/11/21) mengatakan kalau nuklir, layaknya energi pada umumnya, merupakan kumpulan inti atom yang entah saling berinteraksi hingga akhirnya terakumulasi menjadi nuklir.
Dalam siaran tersebut Qonhar menjelaskan manfaat nuklir.
Baca Juga: Studi Kelayakan Calon Tapak PLTN di Kalimantan Barat : Status dan Peran Perguruan Tinggi
Terlepas dari pemanfaatannya, ternyata nuklir juga memunculkan perdebatan antara yang pro dan kontra.
Berikut perdebatan dari sisi pro:
1. Mengandung minim karbon
Tidak seperti batu bara, tenaga nuklir tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti metana dan karbon dioksida.
World Nuclear Association atau kelompok advokasi nuklir mengatakan bahwa emisi rata-rata nuklir hanya mencapai 29 ton karbon dioksida per gigawatt hour (GWh) dari energi yang dihasilkan.
Hal ini mengindikasikan nuklir lebih baik dibandingkan sumber alternatif seperti matahari (85 ton per GWh) dan angin (26 ton per GWh), dan bahkan lebih menguntungkan daripada bahan bakar fosil dan batu bara.
Atas dasar hal ini, nuklir dipercaya sebagai sumber energi yang ramah lingkungan.
Baca Juga: Kemenkeu Sebut Penerapan Pajak Karbon Jadikan Indonesia Sejajar dengan Inggris, Jepang dan Singapura
2. Stabil
Beberapa ahli atau bahkan politisi mengkritik penggunaan energi alternatif seperti matahari dan angin yang mudah terputus dalam penggunaannya.
Ini dikarenakan pada kondisi tertentu, tekanan angin atau daya pancar matahari bisa berkurang akibat cuaca/perubahan iklim sehingga kemungkinan besarnya konsumsi listrik juga akan terputus.
Nuklir dipercaya akan lebih stabil karena pembangkit listrik tenaga nuklir dapat berjalan tanpa gangguan selama satu tahun dan membutuhkan minim pemeliharaan.
Baca Juga: Menko Airlangga Sebut B30 Berhasil Turunkan Emisi Karbon
3. Harga yang lebih murah
Dibandingkan dengan batubara yang sudah terbukti kotor atau tidak ramah lingkungan, pembangkit listrik tenaga nuklir juga lebih murah untuk dijalankan.
Berdasarkan kalkulasi, diperkirakan pengelolaan dan pembuangan pembangkit nuklir memakan biaya antara 33 hingga 50 persen dari pembangkit batubara.
Di sisi lain, terdapat poin-poin kontranya, yakni:
1. Risiko kegagalan
Salah satu cerita yang membuat masyarakat global khawatir terhadap penggunaan nuklir adalah peristiwa Chernobyl pada tahun 1986.
Terlepas dari semua langkah-langkah mitigasi risiko, banyak faktor pula yang menyebabkan nuklir mengalami kegagalan dan menghancurkan lingkungan juga kehidupan manusia.
Baca Juga: Sri Mulyani: APBN Dukung Program Penurunan Emisi Karbon
2. Limbah nuklir
Limbah nuklir diprediksikan dapat menghasilkan sekitar 34.000 meter kubik tiap tahunnya dan untuk menguraikannya pun akan memakan waktu hingga bertahun-tahun.
Laporan Greenpeace mengatakan bahwa terdapat kawasan pengelolaan limbah nuklir yang berpotensi melepaskan bahan radioaktif.
3. Biaya perakitan yang mahal
Meskipun dalam penggunaannya nuklir dapat dikatakan relatif lebih murah, namun biaya awal untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir ini dikenal akan kemahalannya.