Sonora.ID - Tenaga nuklir atau yang umumnya kita sebut sebagai 'nuklir' merupakan salah satu bentuk energi yang selama ini dikonotasikan sebagai hal yang negatif.
Label negatif ini disebabkan oleh konstruksi dan baca-bacaan terkait sejarah saat sekolah yang hanya menampilkan nuklir dari sisi negatifnya saja.
Cerita negatif tentang nuklir ini umumnya berangkat dari pengeboman Hiroshima dan Nagasaki di Jepang yang menewaskan banyak orang.
Tidak hanya menewaskan, beberapa penyintas masih hidup namun dengan kondisi yang bisa dibilang 'cacat'.
Abdul Qonhar Teguh Eko Prasetyo selaku Koordinator Komunikasi Publik dalam siaran Radio Sonora berjudul 'Pengawasan Nuklir di Indonesia' (4/11/21) dalam hal ini memaparkan manfaat dan sisi positif dari nuklir yang selama ini dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Wow! PBB Anjurkan Setiap Negara Basmi Nyamuk dengan Teknik Nuklir
Bahkan, penggunaan nuklir yang masif ini juga terbukti berhasil, tidak semenakutkan cerita sejarah tersebut.
Pertama, nuklir sudah diperkenalkan sejak tahun 1900-an untuk kepentingan kesehatan, jauh sebelum perang meletus.
Penggunaan nuklir di bidang kesehatan juga masih berlangsung hingga hari ini.
Seperti di Indonesia, guna memenuhi keperluan diagnosa, nuklir dimanfaatkan untuk rontgen.
Masih di bidang kesehatan, nuklir juga digunakan untuk pengobatan seperti radioterapi untuk para pengidap kanker.
Qonhar juga mengatakan terdapat bidang kedokteran khusus yang berkutat dengan pemanfaatan nuklir, yakni kedokteran nuklir yang urusannya berpusat pada diagnosa penyakit.
Baca Juga: Tanggapi Luhut, Iran Berminat Bantu Indonesia Bangun Senjata Nuklir
Kedua, di bidang industri, nuklir biasa dimanfaatkan untuk salah satu pengelolaan sumber daya alam yang paling berkontribusi terhadap pemasukan kas negara, yakni minyak.
Selain minyak, industri seperti baja, kertas, pembuatan minuman kaleng, juga memanfaatkan tenaga nuklir.
Dalam bidang industri juga nuklir bermanfaat untuk menyelamatkan atau memitigasi risiko kecelakaan banyak orang karena nuklir ini biasa dimanfaatkan untuk mendeteksi kerusakan pada pesawat.
Baca Juga: Heboh Kemitraan AUKUS: Indonesia Harus Memihak China Guna Menentang Pembuatan Kapal Bertenaga Nuklir
Ketiga, Qonhar mengatakan kalau pengembangan tanaman pangan pun turut melibatkan pemanfaatan nuklir dan hal ini terus diteliti untuk dikembangkan lebih efektif.
Sudah banyak bibit-bibit unggul, baik itu padi dan atau kedelai yang dikembangkan dengan energi ini.
Selain itu, nuklir dimanfaatkan untuk memulihkan tanaman pangan yang rusak.
Qonhar menambahkan bahwasanya secara akumulatif pemanfaatan nuklir di Indonesia sudah cukup masif.
"Total sudah ada 13000 izin total dan instansi yang diberi izin ada sekitar 4000-an," ujarnya.