Sonora.ID – Banyak rumor yang beredar jika setiap Senin Pahing dan Jumat Legi masyarakat dari keturunan China memenuhi Gunung Kawi. Ada yang menilai dan beranggapan jika kedatangan itu dipercaya untuk mencari pesugihan.
Sebab, dulunya ada kejadian bahwa seorang kuturunan Tionghoa yang kelas menengah datang dan bersembahyang di wihara yang berada di Gunung Kawi.
Kemudian setelah melakukan sembahyang dan pulang tak lama nasib malangnya berubah total. Dikabarkan hingga saat ini, ia menjadi keluarga kaya yang ada di Indonesia.
Dari kejadian tersebutlah, banyak anggapan keberadaan masyarakat Tionghoa yang sering memenuhi Gunung Kawu hanya untuk mencari pesugihan. Namun, rumor itu berbeda dengan data yang sudah diteliti.
Menurut jurnal ilmiah yang ditulis oleh Dosen Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Bambang Hariyanto data pengunjung sepanjang tahun 2017, pengunjung yang datang ke tempat ini, umumnya adalah orang muslim yang bertujuan untuk berziarah.
Namun terdapat juga pengnjung dari agama lain atau kepercayaan lain juga ikut berziarah disini, seperti orang China.
Bagi pengunjung China, di tempat ini juga terdapat tempat ibadah orang China berupa Kelenteng yang didalamnya juga ada Siamsi atau tempat untuk memprediksi sesuatu.
Baca Juga: Kamu Perlu Ketahui, Kembang Api Warna Warni yang Menyimpan Fakta Pada Masa Lalu
Selain itu, menangani rumor tentang pesugihan yang dilakukan oleh para etnis Tionghoa juga dijelaskan kebenarannya oleh Raden Iwan Soeryandoko.
Salah satu juru kunci serta salah satu keturunan Iman Soedjono yang berperan penting dalam terbentuknya Pesarean Gunung Kawi.
Mengacu pada hasil liputan tim Kompas.com, bagi warga keturunan Tionghoa yang kebanyakan non-muslim, sosok di balik makam tersebut merupakan nenek moyangnya. Sehingga tidak sedikit etnis Tionghoa yang datang ke makam tersebut.
"Jadi keyakinan orang Tionghoa sebenarnya lebih kuat dari kita. Mereka di sini bukan siapa-siapa, tetapi yang awal-awal datang kesini menyuruh keluarganya yang lain datang ke sini," kata Iwan.
Iwan juga mengatakan, pasukan Diponegoro saat berperang melawan penjajahan terdiri dari berbagai etnis. Hal itu yang mendasari keyakinan warga Tionghoa bahwa di balik makam tersebut merupakan seorang keturunan China.
Jadi, bukan karena didasari dengan ingin mencari pesugihan dan kekayaan, namun ikut mendoakan nenek moyang yang telah berjuang adalah sebab pengunjung Tionghoa untuk datang ke Gunung Kawi.
Tak jarang pula, bila saat berziarah pemimpin doa dari mereka adalah juri kunci makam yang beragama Muslim.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pesarean Gunung Kawi, Jejak Perjuangan Pengawal Diponegoro serta Wujud Toleransi Etnis dan Agama".
Baca Juga: 15 Fakta Unik Mengenai Sapi, Kamu Perlu Ketahui Maksud Suara ‘Moo’