“Karena sebagian otaknya tidur, maka bagian otak yang berfungsi untuk mengurus respons, bagian otak yang berfungsi mengurus kewaspadaan terkait juga dengan suara, itu agak ‘turun’ gitu sehingga kalau misalnya harusnya dia lihat tembok (saat berkendara) dia ngerem, atau kalau misalnya dia lihat kendaraan di depannya terlalu dekat dia ngerem, atau lihat orang misalnya harusnya dia nggak tabrak, bisa aja dia tabrak,” tutur sang dokter.
Mengutip data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, tercatat bahwa 1 dari 25 pengendara dewasa (di usia 18 tahun ke atas) setidaknya mengalami satu kali tertidur saat menyetir dalam jangka waktu 30 hari terakhir.
dr. Santi juga menyampaikan, selain diakibatkan oleh kurangnya tidur dan kelelahan, microsleep dapat disebabkan oleh situasi yang monoton. Sebagai contoh, jalan tol yang bertipe lurus akan cenderung membuat pengendara lebih mengantuk (kendati cukup tidur) dibandingkan ketika berada di jalan yang ramai tikungan.
Baca Juga: Apa Bedanya Microsleep dan Ketiduran? Simak Penjelasan Dokter
Oleh karenanya, penting untuk menjadi perhatian bagi para pengendara untuk selalu menjaga kondisi yang prima selama berkendara. Ketika mulai merasakan kantuk, maka sesuai saran sang dokter, sebaiknya menepi untuk tidur yang singkat (15-20 menit atau seperlunya).
Selain itu, apabila memang mengalami kurang tidur di malam hari, maka pertimbangkan untuk menyediakan waktu tidur siang atau menggantinya dengan cara melebihkan waktu tidur di malam setelahnya. Utamakanlah selalu keselamatan dalam berkendara.
Pembahasan mengenai microsleep ini telah terangkum dalam episode ke-74 siniar (podcast) KamuSehat yang berjudul Kenali Tanda-Tanda Microsleep atau Kurang Tidur. Selengkapnya, dr. Santi menerangkan mengenai penyebab-penyebab microsleep, perbedaannya ketiduran dan kurang tidur, hingga cara untuk menghindarinya.
Klik ikon di bawah atau akses https://bit.ly/E74Kamseh-AS untuk mendengarkan!
Penulis: Intania Ayumirza