Dengan Amerika Serikat, Indonesia surplus 1,7 miliar USD, dengan komoditas pendorongnya adalah lemak, minyak hewan dan nabati, serta pakaian dan aksesoris dalam bentuk rajutan.
Kemudian dengan Tiongkok, Indonesia surplus 1,3 miliar USD. Adapun komoditas penyumbang surplus terbesar adalah bahan bakar mineral serta besi dan baja.
Neraca perdagangan Indonesia juga mengalami surplus dengan Filipina, dengan total nilai 685,7 miliar USD, dengan komoditas penyebab surplus adalah bahan bakar mineral serta besi dan baja.
Namun, neraca perdagangan Indonesia juga masih mengalami defisit dengan beberapa negara, diantaranya adalah Australia, Thailand dan Ukraina.
“Sebaliknya yang kita mengalami defisit ke Australia. Di Oktober 2021 defisit negatif 595 juta USD, yang berasal dari bahan bakar mineral, bijih logam perak dan abu,” jelasnya.
Indonesia juga masih mengalami defisit dengan Thailand yang mencapai negatif 295,6 juta USD. Komoditas yang menyebabkan defisit adalah plastik dan barang dari plastik, serta mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya.
Terakhir, neraca perdagangan Indonesia juga tercatat defisit dengan Ukraina, yang mencapai negatif 216,4 juta USD, dengan kontribusi terbesar dari komoditas serealia serta besi dan baja.