Sonora.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus.
Pada Oktober 2021, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar 5,73 miliar USD. Surplus kali ini merupakan surplus yang ke-18, sejak terakhir kali neraca perdagangan mengalami defisit pada April 2020.
“Kalau dilihat secara tren, neraca perdagangan Indonesia telah membukukan surplus selama 18 bulan secara beruntun,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Senin (15/11/2021).
Surplus yang diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas sebenarnya lebih tinggi, yakni 6,60 miliar USD, namun tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas sebesar 0,87 miliar USD.
Selama Januari hingga Oktober 2021, meskipun sektor migas mengalami defisit 9,28 miliar USD, namun masih terjadi surplus pada sektor nonmigas sebesar 40,08 miliar USD, sehingga secara total neraca perdagangan mengalami surplus 30,80 miliar USD.
“Jika dilihat dari komoditas penyumbangnya, itu surplus terbesar adalah dari bahan bakar mineral (HS 27) kemudian lemak, minyak hewan atau nabati (HS 15) serta besi dan baja (HS 72),” sebutnya.
Sementara itu, jika melihat lebih rinci berdasarkan negara, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus dengan beberapa negara, 3 terbesarnya adalah Amerika Serikat, Tiongkok dan Filipina.
Baca Juga: Usai Sindir Jokowi, Fadli Zon Dapat Teguran dari Prabowo, PKB Angkat Suara
Dengan Amerika Serikat, Indonesia surplus 1,7 miliar USD, dengan komoditas pendorongnya adalah lemak, minyak hewan dan nabati, serta pakaian dan aksesoris dalam bentuk rajutan.
Kemudian dengan Tiongkok, Indonesia surplus 1,3 miliar USD. Adapun komoditas penyumbang surplus terbesar adalah bahan bakar mineral serta besi dan baja.
Neraca perdagangan Indonesia juga mengalami surplus dengan Filipina, dengan total nilai 685,7 miliar USD, dengan komoditas penyebab surplus adalah bahan bakar mineral serta besi dan baja.
Namun, neraca perdagangan Indonesia juga masih mengalami defisit dengan beberapa negara, diantaranya adalah Australia, Thailand dan Ukraina.
“Sebaliknya yang kita mengalami defisit ke Australia. Di Oktober 2021 defisit negatif 595 juta USD, yang berasal dari bahan bakar mineral, bijih logam perak dan abu,” jelasnya.
Indonesia juga masih mengalami defisit dengan Thailand yang mencapai negatif 295,6 juta USD. Komoditas yang menyebabkan defisit adalah plastik dan barang dari plastik, serta mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya.
Terakhir, neraca perdagangan Indonesia juga tercatat defisit dengan Ukraina, yang mencapai negatif 216,4 juta USD, dengan kontribusi terbesar dari komoditas serealia serta besi dan baja.